Ya, apa yang dilakukan oleh Capres Prabowo dengan Cawapres Sandi sukses di sini. Mereka sukses menularkan mental pengeluh. Cuma karena di mana saja mereka tampil, apa yang mereka tuju tak lain kecuali menciptakan atmosfer keluhan, kebencian, hingga kemarahan.Â
Padahal kalau membayangkan jika mereka sendiri terpilih jadi presiden, jika mental pengeluh hingga pemarah menular ke mana-mana, mereka pun akan kerepotan. Sebab dengan mental begitu, apa saja dilakukan seorang pemimpin tidak ada artinya.Â
Sebab, masyarakat yang sudah menyatu dengan mental seperti itu, hanya melihat kesalahan dari tiap keadaan ada di tangan siapa yang jadi pemimpin. Mereka tidak akan bisa menemukan ada masalah pada diri mereka pribadi. Apakah mental seperti ini bisa membuat negara ini bisa berubah jauh lebih baik?
Semua tahu, baik Prabowo ataupun Sandi, di luar gonjang-ganjing Pilpres, bukanlah orang-orang yang akrab dengan masyarakat susah. Mereka terkenal sebagai orang yang terbiasa berada di lingkaran elite, orang-orang berlimpah kekayaan, dan orang-orang penting.
Kapan mereka benar-benar terlihat akrab dengan masyarakat kelas bawah, hanya ketika mereka sedang berada di momen menjelang kepentingan politik mereka sedang membutuhkan amunisi untuk menangguk simpati.
Di saat-saat itulah baru mereka sering terlihat berada di pasar-pasar, yang biasanya hanya menjadi tempat yang jadi langganan pembantu rumah tangga yang mereka punya.
Di mana bukti mereka sebenarnya jauh dengan masyarakat kelas bawah? Dari pengakuan Sandi sendiri tentang uang 100 ribu yang cuma cukup untuk bawang dengan cabai. Tentang tempe yang kata dia hanya setipis ATM.Â
Itu adalah kebohongan yang lahir dari ketidakakraban mereka dengan masyarakat kelas bawah. Berbeda jika mereka memang orang yang akrab dengan kehidupan sehari-hari masyarakat yang terbiasa ke pasar, menjalani hidup ala rakyat jelata, kekonyolan itu takkan dipamerkan oleh pasangan yang akan bertarung di Pilpres 2019 tersebut.
Memang dapat dipahami, bahwa pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai realitas, seperti juga kemiskinan yang rajin mereka jual dengan data mengada-ada, diumbar dengan harapan bisa menjatuhkan lawan politik mereka di Pilpres tahun ini: Joko Widodo (Jokowi) dan KH Ma'ruf Amin.
Sudut pandang yang ditegaskan oleh pasangan Prabowo-Sandi cenderung hanya melihat dari kacamata strategi, bahwa terpenting bukanlah soal benar atau tidak, melainkan berpotensi membawa hasil atau tidak.Â
Maka itu kebohongan yang berkali-kali mereka lakukan dari melempar isu utang negara dan kemiskinan dengan sumber data serampangan, hingga yang belum selesai sampai hari ini (kasus Ratna Sarumpaet) di mana Prabowo sendiri memanggil wartawan hanya untuk menyebarluaskan kabar bohong yang lahir dari pengikutnya.