Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nunggu Pak Bowo Gak Buang "Sampah" Sembarangan

4 Januari 2019   20:53 Diperbarui: 4 Januari 2019   21:04 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyampahi pikiran juga menjadi penghinaan bagi publik - Foto: Tribunnews.com

Sampah!

Sebagai salah satu masyarakat di negeri ini, mau tidak mau harus turut menegaskan, pemburu istana yang satu ini keterlaluan dalam membuang sampah. Sampai-sampai saya sempat ikut-ikutan ingin menduga-duga seperti kebiasaannya: "Apa ini karena memang jangan-jangan kepalanya sendiri dipenuhi sampah sehingga yang dikeluarkannya pun hanya sampah?"

Namun buru-buru saya tepis. Berusaha berpikir positif saja, bahwa sebagai manusia, dalam sisi buruk yang dipamerkan, bisa jadi ada sisi baik yang masih tersimpan. Dalam begitu banyak sampah yang ditebarkan, boleh jadi masih ada niat baik untuk membawa pesan bahwa sampah memang bukan untuk didekati atau diakrabi. Tapi, untuk dibuang sejauh-jauhnya. Lempar ia ke tempatnya: tempat sampah!

Lah, tapi kalau begini bukannya saya sedang menghinanya? Di sini salah saya, sih. Cuma terpikir juga, kenapa pula mesti pusing-pusing untuk bersopan-sopan membicarakan orang yang terlalu menikmati puja-puji dari kalangan sendiri meski miskin prestasi, hingga ia sendiri terlupa sudah sekian kali menyampahi pikiran banyak orang dengan sampah dikeluarkan lewat mulutnya.

Lagipula orang-orang yang selama ini berada di lingkarannya pun alih-alih memberikan masukan kepadanya untuk bisa lebih baik dalam menghormat nalar publik, justru mencari-cari pembenaran. Bahkan ada kecenderungan mereka memainkan narasi, "Bahwa sampah yang dibuang Pak Bowo itu masih bisa berubah jadi vitamin."

Kemarin, salah satu andalan Pak Bowo yang setia menjilat apa saja yang sudah diludahinya ke muka publik, Faldo Maldini, juga terlihat berusaha melakukan pembelaan setelah kebohongan ke sekian dilemparkan mantan menantu Pak Harto itu.

Penguasa yg paranoid dengan hoax adalah rezim yang memang tidak dipercaya oleh publik. Harusnya, tidak perlu takut karena punya semua alat pengungkap fakta. Sebuah catatan kecil perjalanan ke Dapil Kab. Bogor hari ini, setelah membaca buku "Trust" karya Francis Fukuyama.

Di tengah aroma sampah yang tidak henti-hentinya ditebar majikannya, alih-alih meminta maaf sudah menyampahi pikiran publik, justru lagi-lagi ingin buang badan. Ingin menunjukkan bahwa apa saja mereka lakukan adalah suci tanpa dosa. Sebab dosa hanya milik siapa saja yang menjadi lawan mereka. 

Sempat saya layangkan protes via twitter sebab ia menuliskan itu lewat twitter. Apalagi, mau saya pakai friendster, sayangnya sudah tidak ada lagi.

"Demi propaganda politik tidak perlu juga menularkan kepicikan sesampah ini, @FaldoMaldini. Sama saja Anda membagi sampah untuk publik demi politik. Semua yang memilih waras pasti melawan hoax. Tidak melulu pemerintah saja." 

Ini bukan soal saya sendiri berada di kubu mana, dan bukan juga soal saya melawan siapa. Ini melawan aksi-aksi keji yang bersentuhan langsung dengan sesuatu yang berharga pada manusia: akal dan pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun