Realistis. Bahwa kepentingan tetap menjadi sesuatu yang harus ditempatkan sebagai nomor wahid. Gerindra dan Prabowo memiliki kepentingan bisa menjadi pemenang Pilpres. Sementara partai-partai di lingkaran mereka tak ingin hanya menjadi sekadar tim hore. Mereka pun tetap memprioritaskan bagaimana partai mereka berumur panjang, dan urusan capres di mana Gerindra dipastikan paling diuntungkan, takkan menjadi sesuatu yang harus ditempatkan sebagai "segalanya".
Di sini, SBY dapat dikatakan paling tulus dalam berkoalisi, terlepas pihaknya acap dikesankan tidak sedekat dua partai lainnya dengan Gerindra dan Prabowo. Sebab, SBY lebih tegas dalam menunjukkan mana yang mesti lebih difokuskan, dan mana yang mesti dikejar--dalam perspektif sebagai koalisi.
Apakah masukan SBY akan diperhitungkan oleh Gerindra? Ini masih menjadi tanda tanya. Kesan sejauh ini, Gerindra masih menunjukkan mentalitas terlalu mengagumi diri sendiri hingga lupa bahwa di barisan mereka ada sosok yang lebih kenyang asam garam dalam urusan memenangi kontestasi sekelas Pilpres. Mereka masih terlalu terpesona oleh PAN dan PKS, dua sejawat yang sudah bersama mereka sejak Pilpres lalu dan sama-sama sudah mereguk kekalahan hingga sama-sama sujud syukur karena setidaknya sempat merasa menang dengan hitung-hitungan sendiri saja.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H