Nama Slank memang takkan pernah lekang dari benak para pecinta musik. Meskipun mereka tak lagi bisa dibilang muda, namun musik-musik yang mereka lahirkan, masih menjadi sesuatu yang ditunggu para penggemar mereka.
Pengaruh mereka hingga kini pun terbilang sangat besar. Slankers--sebutan untuk penggemar Slank--masih terdapat di mana-mana. Dengan lirik-lirik lagu mereka, grup musik yang sudah berdiri sejak 26 Desember 1983 ini, mampu menanamkan pesan yang kuat di benak para para Slankers.Â
Tidak hanya di atas panggung, namun di luar panggung pun, ketika mereka menggagas berbagai kegiatan sosial, animo para penggemar mereka pun tidak mengendur.
Sebut saja saat mereka melihat adanya riak-riak yang menjurus perpecahan, pada tahun lalu mereka sempat melakukan kegiatan kunjungan ke berbagai pesantren. Bahkan, mereka juga melakukan bakti sosial dengan membagi-bagi Alquran ke pesantren-pesantren yang mereka datangi.
Seperti juga komunitasnya, tampaknya sangat terpengaruh ke mana arah gerakan Slank dan mereka sebagai Slankers mengikuti. Setidaknya itu tercium juga dari komentar salah satu fans Slank, Adrianus Kia Beda dari Slank Fans Club Adonara (SFCA).Â
Menurut fans Slank tersebut, menjadi fans grup musik ini tidak sekadar hanya menikmati karya-karya Slank. "Kami memaknai ajaran Slank tersebut dengan memberikan amal kepada orang-orang yang membutuhkan," kata Adrianus, melansir pos-kupang.com. Cukup menunjukkan bagaimana pengaruh Slank terhadap para penggemar mereka.
Tampaknya ini juga yang sangat dipahami penyelenggara acara Our Ocean Conference alias OOC 2018, yang masih berlangsung hari ini di Bali. Tak pelak, dari para undangan, Slank menjadi salah satu yang dinobatkan untuk tampil di acara bergengsi internasional tersebut.
Apalagi Slank memang telah menjadi layaknya jembatan yang menghubungkan dunia musik dengan lintas-generasi. Sementara acara di hari pertama OOC di Bali memang mengangkat tema Towards Sustainable Fisheries in Indonesia: Implementation of Indonesia Fisheries Management Councils and Commitment to Support FMC 715.Â
Tema diskusi di hari pertama OOC tersebut memang mengarah pada bagaimana memastikan agar laut terjaga agar kalangan muda dan generasi mendatang pun tak hanya diwarisi sampah atau laut yang rusak.Â
Konser Slank kali ini memang mengangkat tema yang berhubungan dengan kelautan, bertajuk "Musik Menghadap Laut", terlebih konser ini sendiri merupakan rangkaian dari acara OOC 2018 sendiri yang memang mengangkat seputar isu-isu kelautan.
Dalam diskusi tersebut,membahas bagaimana supaya Indonesia dan negara-negara lain di dunia bisa memastikan ketersediaan ikan hingga lintas-generasi di masa depan.
Apalagi di antara kondisi yang mengkhawatirkan saat ini adalah persoalan sampah plastik yang telah menjadi musuh dunia. Kaka sendiri sempat meluapkan kegelisahannya terhadap sampah plastik yang dinilai olehnya memang dapat menjadi ancaman serius, terutama di lautan, yang dapat saja mengganggu ekosistem di dalamnya.
Maka itu, Slank kini sudah menyiapkan lagu khusus yang berjudul Manusia Plastik yang memang ditujukan untuk menyorot persoalan sampah plastik. Ia berharap dengan lagu itu sendiri, kelak para pecinta musik dapat melihat bagaimana bahaya plastik terhadap ekosistem di laut, dan bahkan dapat membuat orang-orang kelak hanya mengonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh plastik.Â
"Kita sering bilang kalau kita cinta laut tapi jarang memperhatikan kalau perilaku sederhana kita seperti membuang sampah ke laut itu merusak," Kaka meluapkan kegelisahannya.
Itu juga selaras dengan temuan dari para peneliti yang menyebutkan bahwa ada 90 persen garam di Indonesia mengandung mikroplastik. Bahkan, ancaman mikroplastik itu sendiri juga mengarah ke dalam kandungan air mineral. Apalagi ada 150 juta sampah plastik yang kini mencemari laut, yang dapat saja mengancam laut dan kehidupan kesehatan manusia sekaligus.
Bagi Slank, bermusik di acara sekelas OOC menjadi kebanggaan tersendiri. Terlebih Indonesia menjadi negara Asia pertama yang terpilih menjadi tuan rumah dalam lima edisi acara tersebut berlangsung.
Sebagai catatan, di awal OOC dilaksanakan pada 2014 lalu hingga 2015, acara ini hanya diadakan di Amerika Serikat. Baru pada OOC ketiga pada 2016 mulai berlangsung di luar "Negeri Paman Sam", tepatnya di Cile. Sedangkan pada 2017, kegiatan yang berhubungan dengan dunia bahari ini diadakan di Malta, dan baru tahun ini (OOC 2018) berlangsung di Indonesia.
Tak heran jika Kaka pun sempat mengakui ada perasaan nervous untuk tampil di acara sekelas OOC. Terlebih yang menjadi penonton pun berasal dari berbagai negara. Belum lagi karena di balik penampilan mereka tersebut, ada panggilan tanggung jawab agar pesan melawan sampah laut dapat tercapai.
"Ini tugas berat dan tantangan buat kami untuk mengadakan konser tanpa ada sampah tersisa," kata Kaka sebelum tampil di konser tersebut. "Kami mau tunjukkan bahwa kami tidak kalah serius soal menjaga laut dengan mereka yang adakan konferensi di dalam ruangan OOC 2018."***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H