Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

OOC 2018, Diplomasi dari Samudra Ibu Pertiwi

28 Oktober 2018   21:18 Diperbarui: 28 Oktober 2018   22:07 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terpaku pada persoalan, tapi berikan perhatian pada bagaimana menemukan berbagai jalan keluar. Bahwa Indonesia baru mengalami bencana dari Nusa Tenggara Barat hingga Sulawesi Tengah, dan harus bertarung di pentas dunia menghadapi perang dagang sebagai isu global, negeri ini mampu menampilkan gairah seyogianya bangsa yang matang.

Setelah beberapa event internasional dalam tiga bulan terakhir, per 29 Oktober hingga 30 Oktober ini, Indonesia kembali menjadi tuan rumah ajang internasional. Kali ini ada pertemuan lintas-negara yang kembali diadakan di Tanah Air, tepatnya di Bali, bertajuk Our Ocean Conference 2018 (OOC 2018).

Bukan sekadar perhelatan pemerintah. Kegiatan tersebut memang layak disebut sebagai sebuah saluran untuk Indonesia menunjukkan kelebihannya di mata dunia. Usaha keluarga saja membutuhkan lebih banyak mata untuk melihat apa saja yang mampu mereka kontribusikan. Indonesia selayaknya keluarga dari satu dunia, pun membutuhkan lebih banyak mata untuk melihat kelebihan yang ada di negeri ini.

Ketika ada masalah dunia, semisal perang dagang, Indonesia bisa tampil sebagai bangsa yang tidak meratapi masalah. Indonesia mampu menunjukkan wajah sebagai bangsa yang mau turut memecahkan masalah.

Setidaknya jika melihat bahwa Indonesia menghadapi banyak tantangan, namun masih membuka diri untuk melihat dan mencari berbagai jalan keluar, di sinilah negeri ini menunjukkan sebuah kelebihan. Ada mentalitas baru yang sedang dikembangkan sebagai tren, bahwa Indonesia telah menjadi bangsa yang tidak bermental menunggu bola atau berharap bantuan. Melainkan, negeri ini sudah memiliki wajah optimistis, karena membuka diri untuk bisa membantu dunia.

Ya, gelagat positif ini bisa terlihat jelas jika melihat serentetan event dunia telah berlangsung di Indonesia hanya dalam hitungan bulan. Ini bukan cerita pesta, melainkan ini adalah cerita tentang wajah berbeda sebuah bangsa.

Negeri ini bisa membuktikan kepada dunia, dengan segala persoalan yang harus dihadapi, Indonesia mampu memperlihatkan dedikasi dan perhatian pada isu-isu dunia. Apalagi kali ini adalah event yang berhubungan langsung dengan kelebihan yang dimiliki Ibu Pertiwi, dengan laut yang kaya, dan "anak-anaknya" selama ini memang sudah menunjukkan kemampuan istimewa dalam mengelola laut.

Di sini Indonesia berdiri sebagai bangsa yang percaya diri. Diibaratkan rumah, hanya rumah yang sering dikunjungi banyak orang penting, di sana ada keistimewaan dan sesuatu yang memang memikat.

Ketika kelebihan itu sudah diakui, dan "rumah" ini juga semakin dihormati, seisi rumah yang menjadi penghuni pun akan semakin dihargai. Ketika ingin membuka usaha apa saja, maka "usaha keluarga" pun akan lebih diperhatikan.

Di sinilah Indonesia menampakkan wajah optimistis. Bahwa dengan segala pengalaman, Indonesia telah mampu menampilkan kelebihan yang sudah pantas menjadi referensi berbagai negara.

Laut Indonesia dan magisnya - Gbr: Dherenote.com
Laut Indonesia dan magisnya - Gbr: Dherenote.com
Apalagi, jika mengulik apa yang akan dibedah dalam pertemuan OOC 2018 tersebut, ada berbagai isu besar dunia yang akan menjadi pembahasan, di sektor kelautan.

Menurut berbagai sumber disebutkan bahwa di acara tersebut, Indonesia sendiri akan tampil sebagai penggagas untuk mereview kembali apa saja mekanisme untuk dapat melakukan pelacakan terkait isu-isu kelautan.

Tak hanya itu, juga ada persoalan kejahatan di laut yang kerap menjadi persoalan serius di banyak negara. Di samping, juga ada isu kawasan konversi laut lantaran publik dunia pun tak bisa menampik bahwa luasan kawasan konservasi laut di dunia terbilang lebih kecil di laut dibandingkan di darat.

Terutama ide-ide seputar konservasi laut menjadi perhatian serius lantaran ini juga berkaitan langsung dengan penyelamatan biota laut dan ekosistem laut. Ada iktikad untuk memperluas kawasan konservasi untuk misi penyelamatan biota laut dan ekosistem tersebut.

Mengulik lebih jauh, juga terlihat ada gelagat bahwa konferensi ini pun akan membedah juga bagaimana dapat mengembangkan blue economy--istilah yang mungkin saja masih asing bagi kita. Namun isu ini juga urgen lantaran berkaitan lagi dengan bagaimana agar lautan pun bisa menjadi salah satu sumber untuk memperluas lapangan pekerjaan baru.

                                                                                                                                                                       ***

Ya laut bukan lagi sekadar cerita tentang keindahan. Namun bagaimana keindahan laut itu juga tetap terjaga. Di sisi lain, bagaimana agar laut pun bisa menjadi napas untuk kehidupan sebuah bangsa seperti Indonesia, yang memiliki laut yang terkenal kaya.

Terlihat inilah arah yang sedang diusung oleh pemerintah, yang patut diapresiasi selain juga untuk didukung agar laut dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk menghadirkan wajah semringah satu bangsa. Di samping, tentu saja untuk memastikan bahwa lautan di mana kaki kita kerap menapak di lembut pasirnya, tetap terjaga.

Di sana, Indonesia bisa lebih banyak berbicara.Sebab ada banyak catatan yang dapat dipastikan turut dibaca oleh dunia, bagaimana para penjaga negeri ini menjaga lautnya.

Itu juga terbaca, misalnya, dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, memperlihatkan bagaimana karena kemampuan negeri ini mengelola kekayaan lautnya, para nelayan pun lebih leluasa mencari penghidupan dari hijau laut di negeri mereka. Sebut saja per Januari-Juni 2018, Indonesia telah mengekspor 510 on lebih hasil perikanan.

Tidak itu saja, jika di pemerintahan sebelumnya para nelayan hanya mampu mendapat 5,7 juta ton, dalam empat tahun terakhir sejak pemerintahan Joko Widodo memperlihatkan pertumbuhan serius. Per 2017, hasil tangkapan nelayan telah mencapai 6,4 juta ton. Belum lagi yang berasal dari perairan umum daratan, jika pada 2013 hanya mencapai 408,3 ton, pada 2017 mencapai 467,8 ton.

Setidaknya, sejauh mana laut terkelola dengan baik, sudah memperlihatkan sinyal lebih baik dari bagaimana para nelayan bisa mendapatkan hasil lebih baik. Terlebih kehidupan nelayan juga menjadi sebuah cerminan dari bagaimana pemerintah yang mereka percaya mengelola negerinya, mampu mengelola sumber mata pencaharian mereka.

Kembali ke OOC 2018, yang berpotensi menjadi pintu diplomasi lebih jauh untuk Indonesia. Tidak saja bahwa Indonesia sudah mulai menunjukkan kepantasan untuk menjadi poros maritim dunia, namun rekam jejak belakangan ini pun kian meyakinkan kelebihan yang kita punya. 

Ini juga tercium dari bagaimana animo peserta terhadap kegiatan tersebut. Tercatat ada 70 negara yang menyatakan hadir sebagai peserta, melibatkan 1.696 delegasi, selain juga ada perwakilan 38 organisasi internasional, di samping juga ada perwakilan 290 non-government organization (NGO). Di sinilah Indonesia lagi-lagi dapat menunjukkan bahwa negeri ini punya kemampuan leadership dalam diplomasi kelas dunia, dan diakui dunia.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun