Kenapa figur-figur publik itu perlu dikritisi dengan keras, karena memang tak sedikit dari mereka yang merasa sebagai figur publik berpikir tak perlu menggubris pesan-pesan dari kita yang terbilang rakyat jelata.Â
Entah figur publik di pemerintahan, oposisi, atau bahkan selebritas, sepanjang mereka hanya merangsang publik untuk bertindak tidak baik, memang perlu dikritik keras.Â
Sebab ajakan-ajakan buruk dari seorang figur publik, acap diyakini sebagian orang sebagai ajakan baik hanya karena alasan sekubu, sama secara garis politik, atau bahkan cuma karena merasa seagama. Di sini sering memicu masalah, karena hanya karena kesamaan identitas, lalu semua menjadi benar.Â
Perlawanan terhadap figur publik yang memanfaatkan kelemahan publik dalam memahami literasi ini menjadi hal krusial. Entah itu sekubu atau bukan, sepanjang figur-figur publik ini hanya memantik sentimen negatif, perlu ditentang keras.Â
Sebab keburukan yang dilakukan orang yang terkenal buruk akan lebih mudah ditangkal, berbeda dengan orang yang sejatinya buruk namun hanya menyamar menjadi orang baik, di sini acap menjadi soal.
Maka itu, jika ada pesan baik yang ingin saya tegaskan di tulisan kecil ini adalah yuk lihat ulang, siapakah figur publik yang akrab dengan kita, dan apakah ia lebih mendorong Anda untuk lebih baik atau hanya menipu Anda agar mau menipu diri: melihat kebiasaan buruk mereka sebagai sesuatu yang benar hanya karena meyakini ia beridentitas sama dengan Anda.
Kasihan waktu Anda jika terbuang hanya untuk mengakrabi pikiran-pikiran buruk, cerita-cerita buruk, saat Anda justru sedang mengejar hasil baik. Tidak ada kebiasaan buruk yang bisa melahirkan nasib baik. Ini sekaligus menjadi pesan pula untuk diri Anda sendiri.***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H