Sebut saja Serradura, yang ternyata juga akrab dengan masyarakat di Macao, terlepas dalam sejarahnya, makanan tersebut memang berasal dari Portugal. Apa hubungannya antara Portugal dengan Macao? Ya, lantaran memang negara dari Eropa itu sendiri pernah menguasai Macao sejak abad ke-16.Â
Berawal dari kedatangan seorang warga Portugal ke Tiongkok pada tahun 1513, sekaligus menandai persentuhan Macao dengan Portugal, hingga banyak warna khas negara Eropa itu membekas dalam kehidupan masyarakat Macao, termasuk dalam urusan makanan. Serradura menjadi salah satu makanan yang juga menjadi peninggalan Portugal, namun paling digemari masyarakat Macao.
Serradura ini dapat dikatakan sejenis puding namun dengan tekstur berlapis-lapis, dibikin dari krim vanila. Selain itu juga diisi lagi dengan biskuit yang lebih dulu dihaluskan. Di Macao sendiri, makanan ini sering disajikan bersama es krim.
Makanan lain yang juga tidak kalah menarik adalah Macanese Codfish, yang juga punya keterpautan sejarah dengan kedatangan Portugal ke Macao. Ini menjadi salah satu makanan yang juga memiliki cerita tersendiri, karena di masa lalu ceritanya makanan ini lahir dari kebiasaan masyarakat Portugal untuk menghemat makanan dan menjaga agar bagaimana menjaga makanan di saat-saat sulit.Â
Kemudian makanan itu juga menjadi akrab dengan masyarakat Macao, tidak lepas juga dari prinsip-prinsip dan nilai yang melingkari makanan itu sendiri. Apalagi bukan rahasia, jejak Portugal di kawasan istimewa Tiongkok ini, diakui banyak pakar melekat pada dua hal paling menonjol, yakni makanan dan juga seni arsitektur.
Itu juga yang belakangan menginspirasi otoritas Macao sendiri untuk menggencarkan Macao Gastronomy, sebuah campaign yang sudah digerakkan otoritas Macao sejak 17 Januari 2018. Bertajuk "2018 Macao Year of Gastronomy", campaign itu sendiri bertujuan untuk mengenalkan lebih luas berbagai sejarah yang menyangkut ke kota tersebut. Dari sana, mereka mengusung misi agar berbagai keunikan yang terdapat di Macao dapat lebih dikenal luas oleh para wisatawan, sekaligus menularkan spirit kreatif kepada para pengunjung kawasan tersebut.
Patut dicatat, campaign bertajuk 2018 Macao of Gastronomy itu sendiri pertama kali diluncurkan di Sai Van Lake Square oleh pejabat setempat seperti Alexis Tam, juga Getachew Engida, Yao Jian, Wang Dong, sampai dengan Anders Edvinsson yang merupakan Koordinator Jaringan Kota-kota Kreatif UNESCO.
Namun pihak otoritas setempat memastikan bahwa ide di balik gagasan Macao sebagai kota gastronomi, mereka juga menginginkan agar makanan dan minuman lokal pun tetap akrab dengan penduduk dan para pengunjung kawasan tersebut.
So, berbagai makanan yang sempat saya jajal dengan beberapa food bloggers dan travel blogger di lokasi acara baru-baru ini, masih bertalian dengan gagasan diusung Pemerintah Macao. Perut kenyang, sekaligus memenuhi pikiran dengan berbagai keinginan; antara ingin menjelajah Macao sendiri, sekaligus mengakrabi lebih jauh budaya kota tersebut.Â
Sebab, tentu saja, berbicara makanan bukan sekadar berbicara rasa saja, tetapi di sana ada cerita. Di sana juga menyimpan banyak rekam jejak masa lalu yang menantang buat ditelusuri.***