Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kala Iwa K Gelisah oleh Radikalisme

24 Mei 2018   18:32 Diperbarui: 24 Mei 2018   22:21 1908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, menurut dia, pihak-pihak yang mewadahi sepak terjang kalangan radikal, menjadikan mereka sebagai alat untuk membodohi masyarakat."Ya, orang-orang tersebut --yang radikal-- memang bisa dijadikan agen sosialisasi pembodohan ke masyarakat awam untuk dimobilisasi secara instan," keluhnya.

Maka itu Iwa menegaskan jika di tengah gempuran radikalisme yang kerap berujung aksi terorisme hingga pemberontakan, hanya ide-ide plural yang penting diketengahkan dan dimasyarakatkan.

"Selain edukasi, sikap plural yang tegas, dan enggak kenal lelah, menurut saya bisa menjadi semacam antibodi bagi "virus zombie" yang sengaja disebar belasan tahun terakhir ini," ungkapnya, meluapkan kegelisahannya.

Iwa juga berpendapat jika senjata yang dibutuhkan untuk melawan atau menangkal radikalisme itu tidak hanya mengandalkan satu dua cara, tapi memang mesti dengan berbagai cara. 

Bisa dimaklumi, lantaran kalangan radikal pun menebarkan ide-ide mereka dengan berbagai cara.

Tampaknya kritikan yang disampaikan Iwa tersebut memang tidak lepas dari realitas bagaimana beberapa dekade terakhir kalangan radikal bahkan mengincar kampus sampai sekolah untuk menularkan pemikiran mereka. Beberapa waktu lalu, CNN Indonesia juga sempat melansir satu berita bertajuk BNPT Sebut Radikalisme Sudah Menyusup ke Kampus, (10/02/2018). 

Dari laporan media tersebut disebutkan bahwa Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT memastikan bahwa sel-sel radikalisme telah menyusup ke kampus-kampus. Walaupun di sisi lain, ini bukanlah fakta baru jika menyelidiki pergerakan di dunia kampus, beberapa universitas ternama saja sempat tidak menyadari keberadaan mereka, dan bahkan mampu mencetak kader dengan leluasa di dunia pendidikan.

Ini juga yang digelisahkan oleh Iwa K, karena ia mencium adanya ancaman serius jika radikalisme kian merebak, dan masyarakat tidak menyadari dampak serius yang bisa tercipta jika itu tidak tertanggulangi secara masif."

Jadi, dibutuhkan senjata untuk memberantas radikalisme ini, yaitu Undang-Undang, selain juga edukasi, dan sikap kita sebagai manusia yang semestinya dapat bersyukur terhadap adanya keberagaman--yang mestinya adalah kekuatan," Iwa menandaskan.*

(Artikel juga tayang di blog pribadi penulis: www.tularin.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun