Paling tidak, kezaliman rentan merajalela jika pandangan plural terketepikan. Apalagi pada faktanya ada saja tokoh-tokoh publik yang terlalu menonjolkan identitas dan sering tampil di berbagai media hingga besar di sana. Sayangnya tak jarang dari tokoh publik ini terkesan lupa bahwa keadilan dan kebaikan tak hanya menjadi kebutuhan pemeluk agama tertentu melainkan juga kebutuhan pemeluk semua agama. Semua manusia dengan latar belakang apa saja membutuhkan keadilan dan kebaikan itu.
Maka kenapa, di media sosial, saya terkadang melemparkan pandangan semisal; bahwa jika umat Muslim bangga karena memiliki rumah ibadah di mana-mana, semestinya juga tak kurang bahagia jika pemeluk agama lain juga punya kesempatan serupa.
Itu sekadar contoh yang selama ini saya pribadi berusaha secara pelan-pelan untuk sampaikan kepada publik, terlepas di media sosial seperti Twitter memang memiliki keterbatasan huruf dan kata yang bisa saya alirkan. Namun cukup terasa keharuan dan kegembiraan, betapa publik sebenarnya memang membutuhkan mata air kedamaian, tak terkecuali di media sosial.
Mereka, entah berasal dari agama apa saja, tak meminta muluk. Mereka ingin tetap dilihat sebagai manusia, dihargai sebagai manusia, dan bisa melihat itu tak terkecuali di pergaulan media sosial.
Maka itu, terlepas apa saja afiliasi politik pengguna media sosial, semoga saja tak melupakan bahwa di kubu politik mana saja, di sana ada manusia yang ingin diperlakukan sebagai manusia. Syukur-syukur jika media sosial pun dapat juga digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan damai, dan pesan-pesan yang saling menghargai satu sama lain.
Semoga pula, media sosial tak sampai menyulap nilai-nilai kita sebagai makhluk sosial menjadi anti-sosial. Bisa menjadi tempat untuk berdiskusi, berbagi, dan saling meyakinkan bahwa pesan kedamaian adalah tanggung jawab semua orang. Kalau akhirnya harus tampil untuk membela, karena kezaliman pun acap bermunculan lewat dunia maya, maka yang tampil membela pun tetap melakukan pembelaan dengan cara-cara yang makin mengokohkan pikiran damai. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H