Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Meraba Niat Baik Reuni 212

30 November 2017   18:52 Diperbarui: 30 November 2017   19:06 5236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat aksi 212 yang pernah menjadi magnet pemberitaan - Gbr: Merdeka.com

Sebab jika berkaca ke aksi sebelumnya memang banyak juga yang memilih mengikuti aksi itu sebagai panggilan solidaritas satu agama, membela simbol agama, dan hampir tanpa kepentingan apa-apa. Namun di sinilah yang disayangkan, karena banyak orang baik yang tak menyimpan niat buruk jadi ikut terkena getah karena menolak melihat suatu urgensi sebuah aksi secara kritis.

Kalaupun ingin mempersalahkan mereka yang bisa dikategorikan sebagai "orang-orang tanpa dosa", itu tak lain karena ketidakjelian membaca arah sebuah aksi. Mereka terlalu percaya bahwa ini murni sebuah aksi membela agama. Mereka di barisan ini acapkali adalah mereka yang enggan menafsir terlalu kritis; karena di sana ada ulama atau terlihat sebagai ulama, banyak yang paham agama, dan mustahil rasanya ada ulama yang punya niat buruk.

Mereka menolak melihat sebuah fakta, status apapun melekat pada seseorang tak bisa dilepaskan dari realitas bahwa mereka adalah manusia biasa. Artinya kecenderungan bahwa mereka bisa benar dan bisa salah, punya kemungkinan sama besar. Apalagi bukan rahasia jika sebagian yang disangka sebagai tokoh ulama memiliki kedekatan kuat dengan kelompok politik tertentu. 

Masalahnya adalah kedekatan dengan tokoh politik yang memiliki kredibilitas yang masih penuh tanda tanya. Terbukti siapa yang berbicara, siapa yang bersuara, cenderung adalah mereka yang jamak diketahui memiliki afiliasi dengan partai politik tertentu dan tokoh tertentu; dari yang memiliki dendam politik sampai dengan mereka yang acap berada di balik banyak drama tidak penting.

Mempertanyakan apakah lantas tak ada sisi baik dari sana, mungkin menjadi pertanyaan sangat pantas diajukan. Namun itu juga perlu dihadapkan lagi dengan fakta; setelah hiruk pikuk 212 lalu, apakah ada manfaat yang berdampak luas setidaknya kepada para peserta aksi itu sendiri?

Sebab jika ingin melihat secara jujur, kesuksesan aksi 212 lalu nyaris tak membawa manfaat apa-apa; kecuali keuntungan beberapa partai politik untuk mendudukkan wakil mereka di satu titik penting kekuasaan. Selebihnya? Mari kita jawab saja dengan nurani masing-masing.

Yang pasti jika benar-benar ingin kembali kepada anjuran Islam, maka yang lebih ditekankan bukan sekadar bermegah-megah; melainkan seberapa besar manfaat yang dapat dihasilkan. Syukur-syukur jika Reuni 212 nanti bisa membawa manfaat besar, tapi jika konsekuensinya justru keburukan besar tentu kita yang meyakini sebagai orang beriman harus tetap menghadapi pertanggungjawaban besar kelak di akhirat sana.

Ekspektasi saya pribadi, jika aksi yang mengangkat ide reuni itu tetap dilakukan, semoga kelak dapat membawa manfaat bagi lebih banyak orang; bukan sekadar unjuk bukti bahwa kami adalah pemeluk agama terbesar. Sebab jika alasannya hanya berkutat di sekitar itu, maka sebuah balon sebesar apa pun tak membawa pengaruh apa-apa karena tak berisi apa-apa yang lebih berarti. Beda jika sesuatu yang dibangun adalah sesuatu yang memang berguna, sekecil apapun akan tetap berharga.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun