Awalnya video tersebut hanya dikirim kepada pacarnya itu, namun akhirnya tersebar lebih jauh lagi. Bahkan ada percakapan antara kedua "aktor" video amatir ini, dan beredar luas di berbagai situs porno. Gadis itu sendiri terlihat gembira di video tersebut saat mengetahui pacarnya merekam aktivitas di ranjang. Setelah beredar luas, apa yang dilakukan publik adalah menciptakan berbagai meme-meme dan berbagai macam parodi, tak terkecuali di t-shirt pun tercantum bagian dari video tersebut.
Viral. Perempuan di video itu sempat mengajukan masalah itu ke pengadilan, karena merasa videonya masuk ke berbagai situs di luar izin darinya. Lebih jauh, ia pun didera depresi, mengurung diri di rumah, dan terjerat bayangan menakutkan jika kelak video tersebut akan diketahui calon suami atau anak-anaknya di masa depan.
Gadis tersebut terpuruk. "Ia tak mau keluar rumah karena orang-orang mengenalinya," salah satu temannya bercerita. "Ia paham, situasi itu takkan terselesaikan, karena (ia berpikir) jika calon suami hingga anak-anaknya kelak bisa menemukan video tersebut. Video itu takkan hilang--karena jejak digital nyaris mustahil terhapus."
Ia memilih bunuh diri. Ibunya akhirnya merelakan nama putrinya diketahui publik sepeninggalnya hanya karena tujuan untuk melakukan kampanye, agar tak ada lagi yang menjadi korban setelahnya. Kepada pers, seperti dikutip BBC.com, sang ibu menyebut kisah anaknya didedikasikan untuk dunia agar hal serupa tak terulang. Terutama dalam pemberitaan dan berbagai aktivitas internet yang getol membuat sesuatu dapat meluas secepat kilat.
"Perlu untuk meningkatkan rasa hormat terhadap individu lain di dunia siber," kata Antonella Sorro, sang ibu. "Perlu pendidikan digital untuk mengampanyekan budaya kepekaan memadai--agar akibat buruk dari pemberitaan dan sesuatu yang viral tak berakhir tragis." Lalu, bagaimana kita sendiri? Apakah kita mengiyakan tradisi buruk di internet karena bukan jurnalis? Uhm, sesekali perlu berbicara lebih dalam dengan diri sendiri.*