Di sini para penulis dapat mengasah kemampuannya, menjadikan aktivitas menulis tak lagi hanya domain kalangan tertentu. Sementara yang profesional bisa menjadi sahabat bagi penulis amatir untuk makin terasah. Kompasiana menjembatani itu. Kompasianival mengeratkan hubungan mereka; sesama pejuang literasi yang sering memilih rendah hati hingga mereka bahkan tak merasa dirinya sebagai pejuang. Rendah hati, bukan rendah diri, sebab di sini mereka bisa berbicara secara sejajar tanpa sekat.
Kompasianival merajut itu. Mereka yang mencintai dunia literasi saling mengakrabkan diri, hingga ada yang sepenuhnya memilih aktivitas ini sebagai mata pencaharian atau sekadar menjadikannya sebagai wahana berbagi. "It makes writing as habits". Mereka menjadikan menulis sebagai kebiasaan. Dengan kebiasaan ini, mereka tak hanya berbagi sudut pandang-sudut pandang baru, tapi juga menjadi bagian dari cara mereka mempertahankan tradisi belajar.
Ya, menulis akan selalu menuntut siapa pun yang menekuninya untuk selalu belajar. Sains berkembang, teknologi melesat, sampai dengan pola pikir dan peradaban berubah. Menulis lantas menjadi budaya yang tak lagi menjadi sesuatu yang asing, melainkan telah menyatu dengan mereka, dan menjadi diri mereka sendiri.
Kompasiana urun andil dalam memasyarakatkan tradisi ini. Bukankah dunia-dunia maju tak pernah lepas dari tradisi berdialektika, menjadikan berpikir kritis sebagai tradisi? Menulis adalah jembatan paling terang untuk budaya berpikir kritis dapat terus berjalan. Kompasiana menjadi salah satu tiang di jembatan penting dalam peradaban tersebut.
Kemajuan identik dengan tumbuhnya tradisi berpikir. Kelahiran Plato, Socrates Emile Durkheim, Karl Marx, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud, dan para pemikir dunia lainnya telah mengubah dunia, dan perubahan itu hampir tak pernah lepas dari dialektika, dari berpikir, dan melibatkan kebudayaan menulis.
Tanpa adanya kekuatan dari budaya literasi, pikiran Plato akan berhenti seiring dengan kematiannya, pikiran Nietszche akan bertahan hanya saat ia masih bernapas saja, dan berbagai pemikiran penting akan ikut terkubur bersama pemilik pikiran itu sendiri.
Namun budaya menulis telah menyelamatkan sangat banyak pikiran penting yang berasal dari lintas-zaman dan lintas-peradaban. Menulis telah membantu satu generasi dapat berkaca dari generasi sebelumnya, hingga menggerakkan mereka menciptakan sesuatu yang lebih baik.
Kompasiana urun andil di sana. Menyelamatkan pemikiran, yang terekam lewat ribuan tulisan. Kompasianival itu sendiri menjadi perayaan mereka yang bekerja menyelamatkan kekayaan pikiran. Maka kenapa Kompasianival adalah pesta sangat berharga bagi siapa saja. Sebab inilah pesta mereka orang-orang berharga yang sedang bekerja menyelamatkan khasanah paling berharga dari yang ada pada manusia: pikiran.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H