Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Antara Kematian dan Wasiat Hugh Hefner

28 September 2017   16:16 Diperbarui: 28 September 2017   19:23 3066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"I'm very comfortable with the nature of life and death, and that we come to an end" - Hugh Hefner, Playboy (2000).

Hari ini, Kamis 28 September 2017, Hugh Marston Hefner (Hugh Hefner) mengakhiri hidup yang telah dijalani sejak kelahirannya pada 9 April 1926. Sosok yang terkenal dengan wanita cantik dan kehidupan bergelimang uang itu mengembuskan napas terakhir di usia 91 tahun. "Saya ingin mati setelah tak ada lagi kepuasan yang tak dapat dicari lagi," dan dalam kondisi itulah dia mati.

Hefner yang lahir di Chicago mengawali karier sebagai penulis di surat kabar militer Amerika Serikat. Setelahnya, dia juga pernah menjadi copywriter majalah Esquire. Konon ia hengkang hanya karena saat meminta kenaikan gaji, ia hanya mendapatkan lima dollar lebih tinggi. Alhasil, dia pun mendirikan Playboy pada 1953 dengan modal sebesar 600 AS dollar.

Nama siapa yang paling berjasa mengangkat Playboy sejak awal, tak lain adalah Marylin Monroe, karena foto telanjangnya itulah yang menjadi "dagangan" pertama Hefner, dan terjual hingga 53 ribu eksemplar. Dari sanalah Hefner membangun tahtanya.

Sosok yang menyandang gelar sarjana Bachelor of Arts dari University of Illinois ini mati dengan membawa citra sebagai sosok di balik eksistensi majalah Playboy yang mendunia. Di luar soal benar dan salah prinsip hingga cara hidupnya, Hefner telah menunjukkan cara hidup yang sepenuhnya diinginkannya.

Di beberapa kesempatan, dalam wawancara dengan berbagai media, dia pernah berujar seperti apa dia melihat hidup. "Saya hanya ingin hidup dengan cara yang saya inginkan. Terlalu sempit hidup jika hanya mengikuti hidup berdasarkan pada apa yang diinginkan orang," katanya, mengisyaratkan jiwa bebasnya, sekaligus pemberontakan ala dirinya.

Cara pikirnya memang kontroversi, menurut sebagian kalangan. Tak heran jika dia dipandang sebagai simbol seks, baginya justru tak terlihat sebagai masalah apalagi merasakannya sebagai aib. Kepada NY Daily News (2010), dia pernah membuka sudut pandangnya tentang seks dan perempuan secara lugas. "It's the attraction between the sexes that makes the world go round. That's why women wear lipstick and short skirts," katanya, menegaskan jika seks adalah hal yang membantu dunia tetap berputar, dan itu juga kenapa perempuan mengenakan lipstik dan pakaian minim.

Anda boleh berpendapat jika sudut pandangnya terkesan melecehkan atau merendahkan perempuan. Setidaknya itu juga menjadi pengakuannya atas peran mulia perempuan, sebagai ibu yang membuat hidup tetap berjalan, dan dunia tetap berputar. Soal bahasanya yang dinilai terlalu maskulin, dan terkesan lebih mencerminkan keegoisan kaum laki-laki, memang dia mewakili hal itu.

Setidaknya dia telah menghantam berbagai sudut pandang tentang bagaimana kehidupan ideal dan bagaimana melihat realita. Terkesan tidak mendidik, tapi dia sendiri memiliki bekal pendidikan terbilang baik. Gelar B.A di belakang namanya, cukup menjadi bukti jika dia tidak menghadapi dunia dan menyebarkan pengaruh dengan kepala kosong. 

Belum lagi jika melihat latar belakangnya. Bapak dan ibunya sama-sama berprofesi sebagai guru, seperti dirinya juga berusia panjang. Ibunya, Grace Caroline lahir pada 1895 dan baru tutup usia pada 1997. Sedangkan ayahnya, Glenn Lucius yang kelahiran 1896 tetap memiliki usia panjang, meski ia lebih dulu meninggal dunia pada 1976. Sedikitnya, itu menjadi gambaran, jika kedua orang tuanya itu telah membantu Hefner hidup dalam lingkungan pendidikan, dan menjadi sinyal jika mereka memiliki waktu lebih lama menyaksikan perkembangannya.

Mungkin kita tercengang jika mengulik latar belakang kehidupannya. Bagaimana tidak, dia sendiri pernah bercerita jika dirinya hidup di sebuah keluarga yang terbilang konservatif, dengan banyak pantangan, dan cenderung asketis atau gemar mengekang diri. Terasa kontras dengan kehidupannya sendiri yang acap dinilai identik dengan dunia glamor, dan hampir tak mengenal pantangan. Kenapa bisa begitu? Ya, begitulah hidup menunjukkan misterinya.

Sejak muda Hefner dikelilingi wanita cantik - Foto: Variety.com
Sejak muda Hefner dikelilingi wanita cantik - Foto: Variety.com
Kehidupan yang berbeda jauh dari latar belakangnya yang berangkat dari keluarga konservatif juga tercermin dari hubungannya dengan banyak perempuan. Tercatat, ia pernah menikah tiga kali. Berawal dari 1949, ia menikahi Mildred Williams, namun pernikahannya itu hanya bertahan sekitar tiga tahun, dan bubar pada 1959.

Setelahnya, dia juga menikah dengan Kimberley Conradpada 1989, dan ini terbilang lebih lama meski akhirnya juga berujung perceraian pada 2010. Terakhir, dia menikahi Crystal Harris yang berprofesi sebagai Disk Jockey sekaligus pernah menjadi model telanjang di majalah Playboy, dan tetap melakoni itu saat diperistri sang tuan besar majalah dewasa tersebut. Bahkan di majalah itu, Harris pernah terpilih sebagai Playmate of the Month pada Desember 2009, persis setahun menjelang perceraiannya dengan Hefner.

Meski pernah menikah, Hefner sejatinya tak terlalu mengkultuskan pernikahan. Ada banyak sumber menyebut jika dia pernah memiliki kedekatan dengan seabrek perempuan. Tercatat dia pernah memacari Barbi Benton dari 1969 hingga 1976. Setelahnya, dia pun pernah dekat dengan Brande Roderick, Holly Madison, dan Bridget Marqurdt sepanjang 2000 hingga 2009.

Kenapa ia bisa gonta-ganti wanita di sekelilingnya, lagi-lagi memang tak lepas dari bagaimana ia membangun pola pikirnya. "Women are sex objects. If women weren't sex objects there wouldn't be another generation," katanya kepada media. Ya menurutnya, perempuan adalah objek seks. Jika perempuan bukan objek seks, maka takkan ada generasi setelahnya.

Itu memang tak lepas dari kegandrungannya terhadap seks. Bahkan dia pernah berterus terang tak mengenal istilah makan malam. "I don't have dinner parties, I eat dinner in bed," begitulah katanya.

Ia menikmati itu, dan pernah berikrar takkan pernah berhenti dari dunia yang digelutinya meski ia dicap sebagai lelaki yang merendahkan perempuan hingga menjatuhkan martabat perempuan dunia. "I have no plans to retire. It's the perfect combination of work and play that keeps you young. If I quit work it would be the beginning of the end for me."

Ya itulah sebagian kalimat yang pernah meluncur dari mulutnya, dan kini dia memang masih belum berhenti. Ia hanya dihentikan oleh malaikat pencabut nyawa. Baginya, bukan sebuah persoalan apakah di alam sana dia akan ditempatkan di surga atau neraka, sebab dalam hidupnya dia berusaha membangun surganya sendiri terlepas itu tidak abadi.

Apa yang bisa dipetik dari kehidupannya? Ya, bagaimana kita melihat hidup, sadar tak sadar akan berpengaruh pada bagaimana kita menjalani hidup itu sendiri. Juga, bagaimana orang melihat setelah kita mati. Apakah Anda ingin mati seperti Hefner?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun