Sebut saja Kamboja dan Vietnam, dikatakan Ali Ghufron, masih di bawah Indonesia. Terutama jika melihat dari jumlah kepesertaan, paling tidak per Februari 2017. "Kalau untuk ASEAN, kita jelas lebih baik daripada Kamboja dan Vietnam," kata Ali Ghufron, seperti dilansir Liputan6.com,(2/3/2017).
Itu adalah aplikasi Mobile JKN, yang juga ada di Google PlayStore, yang menjadi salah satu terobosan dilakukan pihak BPJS belakangan ini untuk peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Â Selain mereka juga memiliki Care Center1500-400, Mobile JKN juga membantu memudahkan peserta JKN-KIS untuk menjawab berbagai keperluan.
Bahkan kata Gunadi lagi, ke depan untuk pengenalan JKN-KIS, pihaknya akan berusaha menggandeng berbagai pihak agar dapat mengampanyekannya ke berbagai daerah. Sebab menurut salah satu pimpinan BPJS tersebut, aplikasi JKN-KIS ini sendiri diharapkan dapat terakses lebih luas.
"Mungkin kami tak bisa menjangkau semua daerah untuk memperkenalkan ini. Namun tentu saja kami akan menyiapkan berbagai langkah agar kehadian Mobile JKN ini, termasuk merangkul berbagai kalangan yang memungkinkan untuk dilibatkan," kata Gunadi lagi. "Selain, ya teman-teman Kompasianer pasti turut membantu mengenalkannya kepada publik."
Tentu saja misi pengenalan Mobile JKN itu juga untuk dapat melakukan skrining hingga riwayat kesehatan. Terlebih selama ini diketahui jika persoalan masalah kesehatan terbilang sangat beragam. Per 2016 lalu BPJS Kesehatan menemukan hasil screeningbahwa di Indonesia terdapat 702 ribu lebih masyarakat mengalami diabetes melitus dalam kategori risiko rendah, 36 ribu peserta risiko sedang, selain juga 651 peserta berisiko tinggi. Sekali lagi, itu hasil screeningdari yang pernah dilakukan tahun lalu. Di samping juga terdeteksi tingginya penderita darah tinggi, mencapai 632 ribu lebih penderita kategori risiko rendah, 104,9 ribu berisiko sedang, dan lebih dari 2 ribu peserta BPJS berisiko sedang.
Tak terkecuali jantung koroner, ada 680 ribu lebih peserta berisiko rendah, 680 ribu peserta berisiko sedang, dan 1.956 peserta berisiko tinggi. Kenapa screening itu diperlukan, tak lain agar para peserta BPJS Kesehatan pun dapat lebih waspada dengan berbagai kemungkinan dan tergerak untuk mengantisipasi lebih dini.Â
Ekspektasi lebih jauh, pihak terkait pun dapat melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi berbagai jenis penyakit. Â "Itu juga kenapa kami merasa bahwa memperkenalkan Mobile JKN menjadi usaha serius yang kami lakukan, selain masyarakat pengguna dapat termudahkan, juga terbangun kesadaran lebih tinggi di tengah kita," kata Gunadi.
Lha, kok saya jadi tidak menjelaskan panjang lebar tentang Mobile JKN? Saya kira akan lebih bagus jika Anda mengunduhnya dari PlayStore, daftar, dan lihat langsung sajalah di sana, ya. (Sedikit bau sombong, ya? Ya, antara sombong dan asem).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H