Lihat saja lagi bagaimana sejak Desember 2014, Dinas Perhubungan DKI Jakarta memberlakukan pembatasan sepeda motor sepanjang Jalan MH Thamrin hingga Jalan Medan Merdeka Barat. Apa iya, itu kemudian betul-betul menjadi solusi?
Lalu apakah sebaiknya tak ada aturan larang-melarang? Tidak juga, namun sebaiknya jangan sampai aturan dibuat sebegitu indah namun jalan keluar sebagai alternatif untuk mereka yang menjadi sasaran aturan itu hanya ala kadarnya saja. Sia-sia jika pembuat aturan bisa melihat itu sebagai prestasi, sementara sasaran aturan bisa saja merasakan itu sebagai tragedi; utang tak terbayar, asap dapur tak mengepul, hingga anak istri membuat api di kepala mereka juga makin mengepul. Sebab ini berkaitan erat dengan rakyat biasa, yang lebih sering berpikir hari ini bisa memberi apa untuk keluarga?
Lebih jauh, jangan sampai aturan ada hanya untuk memanjakan yang telah kaya, namun justru menciptakan masalah atas mereka yang hari ini hanya menyandang status sebagai rakyat biasa. Perlu kiranya pembuat kebijakan untuk melihat lebih bijak realita yang ada di tengah mereka, dan menjadikan perspektif mereka sebagai salah satu acuan. Setidaknya jangan sampai nanti aturan ada hanya untuk dilanggar, dan berujung pada drama polisi dan pengendara hanya saling kejar, saat pembuat kebijakan justru tertidur hingga lumpuh di depan mimpi mereka sendiri.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H