Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Komedian Acho dan Bunuh Diri ala Green Pramuka

7 Agustus 2017   00:15 Diperbarui: 7 Agustus 2017   12:43 8205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahkan pihak apartemen tersebut didemo penghuninya sendiri - FOTO: Muhadkly.com

Terlebih lagi, Acho pun hanya menyorot seputar sertifikat  yang memang sering dikeluhkan banyak penghuni tower pertama. Selain itu soal sistem perparkiran di Apartemen Green Pramuka City yang menurutnya dibebankan tarif parkir mobil hingga Rp 200.000 per bulan.

"Namun, sebagai member kita hanya boleh parkir di basement 2, jika berani parkir di area lainnya, maka akan dikenakan lagi biaya parkir regular yang perjamnya Rp 3.000 pada jam tertentu," tambahnya, seperti dilansir Kompas.com,Minggu (7/8). Ditambah lagi, basement dua yang disorot olehnya merupakan area parkir paling bawah dan berdebu lantaran baru selesai dibangun. Tapi justru semua mobil penghuni harus diparkir di sana hingga sempit dan penuh.

"Luar biasa, padahal fasilitasnya standard aja. Saat tulisan ini dibuat, belum ada fasilitas istimewa seperti sauna, tempat gym, lapangan tennis, golf dll, silakan buktikan sendiri," ditulis Acho di blognya, yang belakangan juga dikutip Kompas.com.

Sekarang, pihak apartemen tersebut sedang tidak lagi berhadapan dengan Acho sendiri atau konsumen lain yang selama ini mampu mereka bungkam. Mereka sudah berhadapan dengan publik hingga lembaga sekelas YLKI. Apa akibat terburuk dari pemandangan ini bukan hanya mereka telah mencoreng arang ke muka sendiri, tapi juga menjauhkan calon konsumen baru.

Buktinya, di banyak berita yang telah bermunculan, tak sedikit mengirim pesan yang bisa menjadi "bom waktu" bagi perusahaan terkait, "Catat nama perusahaan mereka, dan jangan pernah berurusan dengan mereka." Itu alarm bahaya dari solidaritas para konsumen, selain juga layak jadi perhitungan pihak perusahaan manapun yang masih sadar bahwa urat nadi mereka ada pada konsumen itu sendiri.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun