Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Perlu Mengenal Tan Malaka?

12 Juli 2017   15:51 Diperbarui: 2 Juni 2020   14:07 11190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, praktik Islam pun tak begitu saja dia tanggalkan. Toh banyak catatan yang menunjukkan jika dia adalah salah satu penganut tarikat dan tak melepaskannya begitu saja meski ia berkiprah di dunia pergerakan yang acap dilabeli kekiri-kirian. Sebab bagi dia, Islam dan komunisme bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan, karena satu sama lain memiliki kemiripan--di luar urusan agama--melainkan dalam hal konsep dan "niat baik" pada rakyat kecil yang acap terpinggirkan.

Ya, Tan Malaka bukan pribadi yang sepenuhnya tunggal. Dia terbentuk di tengah pembauran berbagai budaya, Urang Minangsebagai latar belakangnya yang memengaruhinya secara budaya dan mental yang tangguh, selain juga perjalanannya yang panjang di dunia pergerakan.

Dia juga terbukti di banyak rekaman sejarah sebagai sosok yang acap menjadi kunci di tengah banyak masalah dialami tokoh pergerakan lainnya. Dia mampu membawa solusi.

Tan Malaka menunjukkan dirinya sebagai sosok yang merdeka. Maka itu, gagasannya paling diingat banyak tokoh pergerakan dan aktivis adalah "Merdeka Seratus Persen". Sebab, baginya, apa yang telah dipelajari bukanlah alasan untuk memenjarakan diri di dalamnya. Melainkan, apa yang bisa dilakukan, tanpa perlu berambisi kelak semua niat baik akan dibayar pujian atau penjara. 

Tak heran jika kemudian, di akhir hidupnya kematiannya mirip dengan "guru pertama" yang mengajarinya seputar pergerakan, Sneevliet. Mati ditembak dan sempat dihakimi oleh sejarah yang tidak adil, hingga didudukkan sebagai "penjahat". Meski begitu, seiring perjalanan waktu dan makin banyak mata yang lebih memilih terbuka, tak sedikit yang mengakui jika dia adalah seorang pahlawan.

Kenapa perlu mengenalinya? Ya, bagaimana memerdekakan diri dari ketakutan, dari kebodohan, dan dari perasaan puas dengan pengetahuan yang didikte saja.

Dari berbagai buku dan tulisan yang saya dapati tentangnya, saya menyimpulkan pesan paling penting; perjuangan bukan soal untuk mengharumkan nama sendiri, tapi perjuangan adalah usaha tak mengenal kata henti untuk mencarikan bunga-bunga terbaik hingga menyebarkan harum yang bisa menggugah semangat dan gairah; untuk memberi, bukan mati hanya untuk mengejar apa yang bisa didapat.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun