Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Fadli Zon dan Tanda Tanya Seorang Rakyat

10 Juli 2017   06:50 Diperbarui: 12 Juli 2017   13:27 4792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Reaksi Anda sekilas elegan. Diam-diam melakukan blokir. Anda tampaknya tak ingin berpolemik, atau larut dalam perdebatan tidak perlu. Tapi jika menutup keran komunikasi, lha bagaimana rakyat yang Anda wakili--entah yang memilih Anda atau tidak--bisa menyampaikan aspirasinya? Bukankah aspirasi itu juga mencakup kritikan, yang tak hanya tertuju kepada lawan politik Anda tapi juga atas Anda sendiri; bagaimana agar lebih peka pada suara dan kepentingan rakyat, tak melulu hanya bergerak atas kepentingan politik pribadi dan golongan saja.

Masak sih jadi wakil rakyat tapi hanya mendedikasikan diri untuk kepentingan politik kalangan sendiri? Jika begini untuk apa kami rakyat bersusah payah banting tulang dan membayar pajak, cuma untuk menggaji wakil rakyat model begini?

Jika seperti itu, terus terang, saya lebih ikhlas sebagai rakyat jika pajak saya ditujukan untuk menggaji tukang sampah. Mereka yang terbilang bergaji kecil itu bisa bermanfaat besar, membuat sudut ke sudut kota hingga desa tetap bersih. Melihat lingkungan bersih, pikiran pun terasa jernih.

Sementara jika menggaji wakil rakyat yang berbicara tanpa menyadari mana yang bermanfaat dan mana yang lebih mirip sampah, sulit untuk ikhlas, lho. Apalagi bukan rahasia, kalangan Anda lebih banyak meminta daripada memberi; minta gaji tinggi, minta tunjangan besar, minta fasilitas mewah, sampai anak sendiri jalan-jalan ke luar negeri pun mau dimanjakan negara. Lalu manfaat Anda apa?

Wakil rakyat itu manusia. Rakyat juga manusia. Jika satu dengan lainnya membatasi diri berkomunikasi, secara positif bukan menggunakan meme-meme tanpa akhlak, bagaimana berharap demokrasi berjalan semestinya toh?

Bukankah wakil rakyat juga godaannya besar; dari regulasi bersifat transaksional, kepentingan korporasi dan bisnis, yang memang menjanjikan uang jauh berkali lipat dari gaji dan tunjangan. Di situlah rakyat, termasuk saya di dalamnya, berpikir wakil rakyat pun harus diawasi agar tak seenaknya sendiri. Di situlah kami sebagai rakyat merasa perlu mengkritik Anda.

Sekali lagi, kritikan dalam dunia demokrasi itu bukan hanya mata panah yang harus tertuju ke lawan politik Anda saja. Jika Anda berharap kritikan bermunculan hanya begitu, sama artinya Anda mendudukkan rakyat tak lebih sebagai kuda tunggangan yang hanya untuk mengantarkan kepentingan politik Anda. Jika wakil rakyat memiliki kualitas hanya begini, sekali lagi, menggaji tukang sampah jauh lebih bermanfaat sebab mereka lebih layak digaji lebih tinggi. Atau Anda hanya ingin alih profesi ke sana? Rasanya itu lebih baik, karena manfaat Anda lebih terasakan oleh lebih banyak orang. Selain, rakyat yang menggaji Anda pun tak lagi merasa sia-sia membayar pajak untuk berjalannya roda kehidupan negeri ini.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun