Eit, Anda merasa saya sedang mengomeli orang? Anda tak keliru, karena memang saya sedang menjadi wakil kalangan jomblo yang sering menurut pada perasaan tidak tega mengayunkan jurus tapak sakti seriap menghadapi basa-basi dari mulut-mulut berbisa.
Hei, itu hidup mereka, apa yang terbaik untuk mereka cuma mereka yang tahu. Sedangkan Anda, tak pernah menguntit mereka hingga ke lorong-lorong terdalam kehidupan mereka; kenapa merasa lebih tahu apa yang mereka mau dan mereka butuhkan?
(Kira-kira gaya ngomel saya mirip Mpok Atik, Mpok Laila Sari, atau Emaknya Si Doel? Atau lebih mirip Syahrini yang manja-manja menggemaskan itu?)
Terlalu jauh basa basi saya ya? Tapi swear saya sedang tidak memakan yang basi-basi kok, sebab yang basi bisa bahaya tak kalah dari bisa. (Apa lagi ini?)
Tapi, iya, kita tak pernah berdiri di kaki mereka, tak menelan pengalaman seperti apa yang pernah mereka telan. Kita tak pernah merasakan luka seperti apa telah mereka alami, lha kok tanpa wajah berdosa kita berbasa-basi menjatuhkan mereka?
Tak sengaja? Dikira mereka cukup kuat menyimak mulut berbusa-busa yang memojokkan mereka?
Hei, itu hidup mereka, kehidupan mereka, kenapa diusik dengan soal kapan kawin dan membandingkannya dengan yang lain yang bahkan punya 'kelebihan' beranak bahkan dari sebelum nikah?
Jika ingin menjadi hakim dan leluasa menghakimi mereka, kenapa dari dulu tak kuliah dulu, atau jika kuliah kenapa tak memilih jurusan hukum saja?
Sudahlah. Nyalakan sedikit empati, karena mereka pun tak merasa ada yang perlu diburu, karena apa yang menjadi prioritas dalam hidup tidaklah selalu sama. Sudah, jangan paksakan prioritas Anda harus jadi prioritas mereka.
Sudahilah basa-basi yang betul-betul basi. Ajak saja bicara pencapaian dan kelebihan mereka, agar kita pun terbiasa mendudukkan mereka tetap sebagai manusia berharga.Â
Soal mereka belum kawin, mungkin mereka belum punya pasangan saja. Selebihnya, siapa tahu mereka telah diberikan Tuhan banyak hal yang mungkin sama sekali belum pernah dipercayakan Tuhan kepada Anda. Betul bukan?Â