Lebaran menggembirakan? Ya, bagi kita yang kebetulan sedang tak jadi sasaran kerewelan banyak orang. Tapi tidak bagi mereka yang acap menjadi "korban" basa basi yang betul-betul basi;Â
"Kapan nikahnya?"
"Eh udah ada calon belum?"
"Mau tunggu apa lagi? Tuh si pulan udah beranak sekian lho?"
Mereka yang menjadi pelanggan kalimat ini, terkadang kerap membayangkan menjadi aktor laga, mengayunkan jurus tapak sakti hingga lidah-lidah yang terlalu gemar berbasa-basi tak dapat mengecap apa-apa lagi, hingga semua makanan terasa tak ada bedanya dengan makanan basi.
Tapi, ya, yang saya tulis di atas itu juga adalah basa basi sih, tapi basa-basi sekadar membasikan bisa--sebagai cara ngeles yang sedikit maksa.
Soalnya, gara-gara keusilan mereka yang terlalu basa-basi, saya pun pernah sampai rendah diri; walaupun tinggi badanku terkadang lebih dari mereka.
Jengkel. Berang.Â
Manusiawi. Siapa yang tak jengkel dan berang jika mereka yang telah dewasa, punya pengalaman masing-masing, tiba-tiba didikte untuk lekas kawin, lekas punya anak.Â
Curigaku jangan-jangan yang getol berbasa-basi begitu memang terlalu gemar menelan hal-hal basi. Alhasil mereka mengira, ketika pernikahan terjadi di luar angka usia ideal menurut mereka, maka pernikahan itu juga basi.
Dikira pernikahan seperti menu warung Tegal yang harus lekas laris biar tak cepat basi.