"Kalaupun kami mendengar suara-suara miring, atau tetangga yang berbicara buruk tentang kami, tetap saja kami harus hidup sendiri, mencari makan dengan tangan sendiri. Sedangkan mereka, ya cuma bisa bicara."
Alicia sendiri, meskipun menyadari dirinya sebagai pekerja seks komersil, dan dianggap rendah, namun ia tetap berusaha keras belajar.
Di sela-sela sedang tak ada pekerjaan, dia akan memilih ke toko-toko buku. Uang dari gaji, atau dari hasil "ngamar", sebagian disisihkannya untuk membeli dua-tiga buku.
Paulo Coelho, penulis asal Brasil, menjadi penulis yang digemari Alicia. "Hampir semua bukunya teh saya beli," katanya, dengan dialek Sunda kental. "Sebab dia itu sangat jujur bercerita tentang kehidupan."
The Witch of Portobello menjadi salah satu buku Coelho paling digemarinya. "Buku-buku begini teh bikin saya merasa tetap yakin, apa saja pengalaman buruk dalam hidup, tak lepas dari rencana Tuhan. Tuhan bisa membayar apa pun dengan yang lebih baik," Alicia terlihat meyakinkan diri.
Ya, di tempat-tempat yang kerap dicap rendah, masih ada yang masih mampu mengarahkan mata mereka jauh ke depan. Saat orang-orang yang terhormat saling sibuk mencari kelemahan hingga aib orang, mereka yang harus berprofesi di dunia prostitusi masih ada yang mencari jalan untuk hidup mulia dengan terus menggali diri.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H