Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Essien ke Persib karena Tak Laku di Eropa, "Kumaha Eta?"

16 Maret 2017   01:47 Diperbarui: 17 Maret 2017   00:00 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika berkaca ke prinsip dipegang Eropa, maka keputusan Persib dapat dikatakan keliru. Tapi jika proporsional melihat, apakah kelas kompetisi kita di Indonesia atau bahkan Asia Tenggara dapat disetarakan yang ada di negara-negara Eropa? Itu pertanyaan lebih jauh, yang perlu juga dijawab untuk pertanyaan sebelumnya sekaligus.

Dengan kompetisi di Indonesia yang sempat mati suri, atau setidaknya sempat terkesan hidup enggan mati tak mau, maka kehadiran Essien tetap saja penting.

Ia mungkin tak mampu lagi membawa performa seperti saat ia sedang berjaya. Sebab, jika ia masih memiliki kualitas seperti itu, mungkin ia akan tetap di Chelsea, atau mungkin Real Madrid tak akan hanya menjadikannya sebagai pinjaman. Tapi, ia mampu membawa atmosfer baru dan gairah baru.

Sedikit banyak ia bisa membawa warna untuk menumbuhkan budaya baru dalam kancah sepak bola Indonesia, atau bahkan Asia Tenggara. Pengalamannya di klub-klub papan atas Eropa, dengan kompetisi sekelas Serie A, La Liga, dan Liga Primer, masih berpotensi untuk ditransformasikan lewat Persib untuk sepak bola nasional.

Jadi, jangan berharap ia bisa tampil seperti di Madrid, Chelsea, atau Milan. Tapi, sangat logis berharap dia dapat menjadi "teman belajar" bagi para pesepak bola nasional yang ada di Persib, dan klub-klub lain yang nanti akan menjajal kemampuannya.

Jepang, Cina, dan beberapa negara Timur Tengah, berani "buang uang" dalam jumlah besar membeli pemain "yang terbuang" di Eropa, memang bukan untuk mendapatkan kinerja yang sama seperti saat para pemain itu di puncak. Negara-negara itu ingin agar pengalaman para pemain yang rata-rata pernah berstatus bintang, dapat menular bagi pemain dalam negeri.

Jepang, menjadi potret riil, mampu menjadi negara Asia terdepan mengekspor pemain mereka hingga ke Liga Inggris, Italia, atau Spanyol. Menjadi indikator, bahwa upaya menularkan spirit bintang dunia mulai tertanam pada pemain mereka, hingga diakui sampai level Eropa, berkiprah di sana, dan dapat dipanggil pulang saban waktu tim nasional membutuhkan peran mereka di kompetisi internasional.

Itulah yang bisa membuat mereka dapat menegakkan kepala di tengah kancah sepak bola Asia dan bahkan dunia. Jadi, bukan mustahil jika budaya mendatangkan pemain berpengalaman level atas seperti dilakukan Persib, menjadi awal kebangkitan sepak bola Indonesia.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun