Memang, ada banyak tanda tanya termasuk bagaimana menafsir pesan dari film di bawah arahan Zack Snyder ini. Dari keberadaan Wonder Woman--diperankan oleh Gal Gadot--yang muncul tiba-tiba, dan nyaris tak ada aksi signifikan kecuali saat bertarung menghadapi monster yang dihidupkan Lex Luthor.
Tapi sekali lagi, mereka pun mewakili elemen femininitas dalam kentalnya maskulinitas dalam film yang konon menghabiskan 250 juta AS dollar atau sekitar Rp 3,3 triliun tersebut. Walaupun sisi ini, elemen feminitas, cenderung lebih dikesankan oleh Lois Lane yang diperankan Amy Adams.
Dia berinisiatif mencari dasar dari perselisihan kedua manusia super, dan ia juga mampu menanggapi dengan cepat dan menemukan, apa senjata paling tepat dalam menghancurkan monster raksasa yang menjadi bahaya terbesar yang ingin ditebar Luthor.
Di luar itu, kalaupun ada hal yang kurang menarik bagi saya dari keseluruhan film ini yakni modus Luthor menculik ibu Superman, sebagai senjata untuk memaksanya menuruti kemauan tokoh antagonis tersebut. Modus begini, terasa sudah terlalu bertaburan di banyak film, sehingga terasa kurang menggigit. Meski begitu, nilai yang ditebar dari film ini sangat futuristik, ya inipun hanya bagi Anda yang melihat film tak sekadar hiburan semata.* Twitter:@zoelfick
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H