Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ridwan Kamil dalam Kacamata Sepak Bola

1 Maret 2016   00:06 Diperbarui: 1 Maret 2016   11:41 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang-orang baik tak perlu terkonsentrasi di satu tempat. Mereka harus ada di semua tempat.

Lagi seperti di sepak bola. Satu tim tak cukup hanya dengan seorang penyerang terbaik di dunia. Itu takkan menjadi garansi untuk mengantarkan tim menguasai klasemen dan meraih gelar. Dibutuhkan kiper, bek, gelandang, dan penyerang yang sama-sama terbaik.

Sikap politik Emil kali ini mengingatkan saya pada kalimat bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo, "Untuk meraih sesuatu tak cukup hanya sekadar hebat, tapi dibutuhkan pemain-pemain terbaik." Tampaknya, Emil tak asing dengan prinsip tersebut.

Jika katakanlah keputusannya itu dijelaskan olehnya kepada media lantaran dorongan Presiden Joko Widodo ada benarnya, tapi tak berarti ia tak memiliki pendapat sendiri.

Saya yakin, ia sudah memiliki jawaban tersebut jauh sebelum ia menemui presiden dan sebelum ia melemparkan pertanyaan kepada publik lewat media sosialnya, harus terus melangkah atau berhenti. Terkesan seperti bimbang, terkesan seperti tak memiliki pilihan sendiri, dan itu hanya kesan yang ditangkap segelintir orang.

Ia sendiri justru sangat menyadari, pertimbangan yang ia lakukan memiliki kata "timbangan" di dalamnya. Ia melarang timbangannya condong hanya ke satu sisi, diri sendiri. Dan karena itu, ia menimbang dengan menemui orang-orang yang tepat untuk sebuah keputusan tepat.

Emil, saya kira, sangat memahami jika sebuah niat baik ditanyakan kepada orang-orang yang tidak tepat, akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat. Karenanya, di tengah niat baiknya untuk berkontribusi kepada negaranya, ia terus mengintai orang-orang yang tepat, berbicara dengan orang yang tepat. Ia membuka jembatan demi jembatan untuk sebuah masa depan yang baik negerinya, bersama orang-orang yang tepat. Lagi, bersama keputusan tepat, dan itu sudah dipilih olehnya.

Ibarat tim sepak bola, Indonesia adalah sebuah klub besar. Tim ini membutuhkan pemain terbaik, berjiwa besar, dan bercita-cita besar (tidak sesederhana sebagian pegiat politik yang terlalu memaksa berahi politiknya). Emil sudah menunjukkan itu sebagai keyakinannya, maka itu ia memilih untuk tidak berkepala besar.*

Twitter: @zoelfick

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun