Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Karena Keluarga Juga Butuh Peta

22 Juli 2015   22:38 Diperbarui: 22 Juli 2015   23:13 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, istri di mata saya takkan menuntut seorang suami untuk memberikan penghargaan tertentu kepadanya. Tapi, inisiatif seorang suami tentu akan sangat membantu istri untuk merasa lebih didukung oleh suaminya, sehingga membuatnya merasa lebih kuat. Kenapa? Karena saya berpandangan, memang menjadi istri membutuhkan kekuatan, dan kekuatan utama yang paling menentukan baginya dari orang terdekat dengannya, ya saya sebagai suami. Sedikitnya, ini menjadi sugesti yang saya usahakan untuk tekankan pada diri sendiri.

Pengakuan atas besarnya tugas yang diemban seorang ibu dengan statusnya juga sebagai istri, menjadi bagian langkah bagaimana menghargai istri. Sebab, soal penghargaan ini, dalam hemat saya, tidaklah harus melulu soal membelikan sesuatu atau menjanjikan sesuatu. Terkadang, pengakuan lewat tatapan dan pelukan, disertai ucapan, "Terima kasih, kamu telah bersedia menjalani peran berat sebagai ibu," saya perhatikan lumayan membantu seorang istri untuk menjadi lebih bertenaga, apalagi ketika di masa awal ia menjalani peran tersebut.

Terlebih lagi, peran sebagai ibu kelak akan terus disandangnya hingga anak yang hari ini masih sebagai bayi menjadi seorang manusia dewasa. Sependek saya simak, seorang anak akan jauh lebih banyak berbicara, bergaul, bertanya pada ibunya sendiri--tak terkecuali jika misalnya istri tersebut juga bekerja.

Itu, sedikitnya, cukup menjadi sebuah acuan bahwa cara berpikir hingga perilaku seorang anak juga akan merujuk pada apa yang lebih intens dihadapinya, dan itu adalah ibunya--tanpa bermaksud menafikan efek perilaku seorang ayah.

Kemudian, menjadikan "penghargaan" sebagai salah satu pondasi, saya kira akan lebih berdampak positif sebagai kultur keluarga yang kelak bukan tak mungkin membawa warna jauh dari sekadar cerita ibu, ayah, dan anak-anaknya.

Sebab, dari berbagai fakta yang juga saya simak di sekeliling, kenapa bisa terjadi situasi "broken home" dari rumah tangga utuh tapi berjalan buruk atau bahkan hancur, yang kerap menjadi momok terjadi acap kali tak lepas dari soal penghargaan yang dinafikan. Sederhananya, seorang istri takkan meremehkan suami, suami takkan bertindak kasar ke istri, dan anak takkan berkelakuan buruk kepada orangtua, jika masalah penghargaan dan saling menghargai menjadi perhatian dan melihatnya sebagai sesuatu yang penting.

Perilaku-perilaku buruk di dalam sebuah keluarga (baca: pendidikan buruk), bisa terjadi--lagi, dalam kacamata  subyektif saya--lantaran ada pemicu yang dilupakan itu. Sekilas itu hanya persoalan seorang istri dan suami, misalnya, tapi pada faktanya kerap berujung pada gangguan secara psikologis pada anak. Ketika ini kian parah, bukan hal mengherankan jika seorang anak bisa melakukan hal buruk hingga terjerumus ke narkotika dan berbagai perilaku kriminal. Terlebih, seingat saya, ada penelitian yang menyebut bahwa pelaku kriminal dan berbagai perilaku menyimpang jauh lebih banyak datang dari seorang anak yang tumbuh di tengah keluarga yang buruk.

 

4. Menegaskan Istri sebagai Partner

Prinsip ini lebih saya tegaskan pada diri sendiri; sebagai kepala keluarga, sebagai suami, dan sebagai ayah untuk anak saya. Sebab, saya melihat menegaskan posisi ini dengan jelas, akan sangat membantu untuk seorang suami tak mentang-mentang atau semena-mena.

Penegasan ini, menurut hemat saya, melatih pikiran untuk terpola lebih objektif dan mengikis egoisme sebagai suami yang konon sebagai "imam". Agar lebih terdorong untuk belajar menghargai alih-alih hanya berharap dihargai, untuk tergerak memulai melakukan sesuatu daripada menyuruh, dan berbagai sikap senada lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun