Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Antara Sekadar Air Putih, Ciherang, dan Tirto Utomo

27 April 2015   16:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:38 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, Sabtu (25/4), agak mendung saat subuh datang. Meski malam sebelumnya, sebenarnya hujan baru saja turun. Tapi di hari itu juga, saya harus menggerakkan badan, menuju ke depan kantor redaksi harian Kompas, setelah lebih dulu menyeruput secangkir sereal instan.

Ya, hari itu, saya beserta lebih dari 20 Kompasianer (sebutan untuk penulis Kompasiana) akan menempuh perjalanan ke "Kota Hujan"--sebutan untuk Bogor, salah satu kabupaten di Jawa Barat, tepatnya ke Ciherang yang persis berada tepat di hadapan Gunung Salak. Perjalanan itu memang kami lakukan atas undangan dari PT Tirta Investama (Danone Aqua), perusahaan yang didirikan oleh Kwa Sien Biaw atau Tirto Utomo (1930-1994).  Undangan yang menarik, setelah selama ini terasa asing bagi saya-hanya mengenal produk mereka dan nyaris tanpa tahu apa-apa tentang perusahaan itu, kecuali terkait pendirinya saja. Maklum, sosok Tirto Utomo terkenal sebagai pengusaha yang juga mantan wartawan. Dalam sejarah media di Indonesia, ia tercatat pernah menjadi Pemimpin Redaksi Sin Po--surat kabar etnik Tionghoa namun berbahasa Melayu. Patut dicatat, lagu Indonesia Raya pun pertama kali dimuat di media tempat tersebut. Bahkan, sastrawan legendaris negeri ini, Pramoedya Ananta Toer, sempat mengabadikan media itu di novel masterpiece-nya; Tetralogi Pulau Buru. Ingatan tentang sosok Tirto Utomo itu memang mengisi pikiran saya sepanjang perjalanan dari Palmerah, Jakarta Barat, menuju Ciherang yang menjadi lokasi salah satu pabrik Aqua. Seraya menikmati Gunung Pangrango dan Gunung Salak yang mengapit kiri kanan jalan ke lokasi. Pendiri perusahaan Aqua itu mengagumkan lantaran terobosan yang sempat dituding gila oleh banyak kalangan di masanya. "Untuk apa menjual air minum di negara yang berlimpah air di mana-mana?" menjadi pertanyaan yang kerap ditujukan kepadanya, di awal ia memutuskan mendirikan  perusahaan air minum itu-seperti dikutip salah satu buku Rhenald Kasali; Change!. Juga, ide berdirinya perusahaan yang semula bernama PT Golden Missisippi itu justru muncul saat negeri ini dibombardir minuman berkarbonasi yang memikat konsumen dengan aneka warna dan rasa. Di tengah tren itu, Tirto Utomo justru berpikir sebaliknya (out of the box), menjual minuman dalam kemasan tanpa rasa dan pewarna; ya, hanya air putih! Siapa nyana, belakangan produk yang hanya air putih-sebutan lazim di tengah masyarakat Indonesia-justru berkembang pesat. Perusahaan yang menjadi pemilik produk itu pun beranak-pinak, ditandai dengan perubahan nama perusahaan induk. Semula bernama PT Golden Mississippi, jadi PT Aqua Golden Mississippi pada 1989-atau enam tahun setelah berdiri. Hingga kemudian, Grup Aqua memiliki lebih banyak kaki dengan adanya PT Tirta Investama, PT Tirta Sibayakindo, dan melebarkan sayap sampai ke Brunei Darussalam dengan perusahaan bernama Ibic Bhd. Ltd.

***

Lamunan saya tentang Tirto Utomo sempat buyar. Kami, rombongan yang diangkut oleh dua shuttle bus sempat salah jalan dan harus muter balik lantaran sudah jauh melewati Ciherang. Meski sebenarnya lokasi pabrik yang jadi sasaran persis berada di sisi kiri jalan jalan Bogor-Sukabumi. Alhasil, meski sudah berangkat pagi-pagi benar, tapi kami tiba di lokasi sekira pukul 10, sedikit terlambat dari waktu yang direncanakan. Tapi, tak mengurangi rasa excited berada di pabrik le-17 yang didirikan Aqua tersebut. Di lokasi pabrik yang berdiri pada 2012 itu, ekspektasi saya memang tak lepas dari hasrat menjawab rasa penasaran dan sederet tanda tanya seputar perusahaan air minum tersebut. Bagaimana tidak, perusahaan yang awalnya berasal dari sumur di atas tanah yang tak lebih dari 7.110 meter persegi di salah satu kawasan di Bekasi, kini berkembang pesat. Dari penjelasan salah satu petinggi Aqua saat diskusi di salah satu sudut pabrik di Ciherang itu, sudah terdapat 18 pabrik yang telah didirikan sejauh ini. Berkelebat di pikiran saya, berapa manfaat yang bisa diberikan perusahaan ini kepada masyarakat di sekitar mereka, dan apa saja kontribusi mereka pada pemberdayaan publik? Jangan-jangan mereka hanya terorientasi kepada keuntungan semata? Syukurlah, melihat dari dekat, sedikitnya sudah membantu saya melihat sesuatu menjadi kian jelas. Di ruangan seluas sekitar 10x4 meter di Pabrik Aqua Ciherang, pihak perusahaan itu membuka interaksi dengan 25 pengunjung yang berasal dari komunitas Kompasiana. Mereka memaparkan berbagai hal terkait aktivitas perusahaan, hingga berbagai kegiatan sosial yang telah mereka lakukan. Sebut saja Vijaya Anggraini, Plan Manager Aqua, tak ketinggalan berbicara panjang lebar bersama peserta bahkan sejak acara diskusi itu berjalan. Dari diskusi saat acara berlangsung dan obrolan selepas acara, berbagai informasi berhubungan dengan perusahaan yang telah berdiri sejak 1973 kian terang. Juga Herry Yunarso sebagai yang mengotaki kegiatan sosial perusahaan tersebut, memaparkan berbagai aktivitas mereka. Dari sana, didukung buku-buku, leaflet, hingga majalah yang diberikan pihak Aqua, lumayan membantu saya lebih tahu berbagai hal tentang perusahaan itu. Ya, belakangan, PT Tirta Investama menggandeng kelompok usaha multinasional asal Prancis, DANONE.  Sebelum itu, terobosan demi terobosan memang telah dilakukan. Tak terkecuali dalam hal sumber air yang awalnya hanya berasal dari sumur bor, lantas sejak 1982 mengambil sumber air dari pegunungan. Bagaimana dengan hubungan mereka dengan luar perusahaan? Lewat program AQUA Lestari, perusahaan tersebut pantas diapresiasi dengan seabrek kegiatan yang berorientasi lingkungan. Secara garis besar, berpijak dari empat konsep; pelestarian air dan lingkungan, praktik perusahaan ramah lingkungan, pengelolaan distribusi produk, hingga pemberdayaan masyarakat. Dari sana, mereka juga telah melakukan program konservasi, misal saja pada 2011, terdapat 368.972 pohon ditanam perusahaan yang dirintis oleh Tirto Utomo tersebut. Selain juga sepanjang 2003-2009, sudah terdapat 314 pohon, dan 2010 terdapat 370.077 pohon. Di dalam pabrik pun, mereka menerapkan pemanfaatan air secara bijak dengan mendaur ulang air bekas pakai pencucian galon untuk keperluan domestik perusahaan tersebut. Belum lagi dengan prinsip pemberdayaan masyarakat, mereka telah menggerakkan program pertanian terpadu untuk 622 petani dan peternak, untuk 71,73 ha lahan pertandingan organik, selain distribusi 4.142 ternak. Semua kegiatan beraroma corporate social responsibility (CSR) yang dilaksanakan perusahaan air minum dalam kemasan itu merujuk pada Millenium Development Goals (MDGs). WASH alias Water Access, Sanitation, and Hygiene menjadi bagian tajuk kegiatan mereka yang menurut buku Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report 2011-2012) bertitel Mengelola Keharmonisan Usaha dengan Lingkungan Sekitar, telah membawa manfaat lebih dari 100 ribu jiwa di 13 kabupaten. Maka itu, pada 2009, kontribusi sosial yang dilakukan pihak AQUA Grup pun diganjar penghargaan MDGs untuk kategori WASH. Di tahun yang sama, mereka pun mendapatkan penghargaan Wana Lestari dari Kementerian Kehutanan. Setelahnya, AQUA Grup juga mengembangkan sayap dalam hal kegiatan sosial dengan melakukan program pemberdayaan pemulung. Lagi-lagi diganjar penghargaan MDGs untuk kategori konservasi lingkungan. Belakangan, pada 2014 lalu, mereka juga kembali mendapatkan penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup, setelah dinilai terlibat aktif dalam upaya konservasi yang mereka lakukan. Penghargaan demi penghargaan itu tentu saja tak lantas membuat mereka berhenti menjalankan amanat yang juga dipesankan pendiri DANONE, Antoine Riboud, yang senada Tirto Utomo, bahwa; perusahaan jangan hanya membawa manfaat di dalam perusahaan, dan keuntungan yang didapatkan harus selaras dengan dampak sosial yang menguntungkan masyarakat. Karenanya, Aqua Grup juga melaksanakan Konservasi Berbasis Masyarakat di Banceuy, juga Kampung Sehat di Ciherang--yang menjadi lokasi kunjungan 25 Kompasianer. Tak berhenti di situ, juga terdapat program Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tanah Lot, dan Kejiwaan Berkarya di Wonosobo. Empat pabrik milik perusahaan tersebut pun pernah mendapatkan penghargaan Proper Hijau 2014, untuk pabrik-pabrik di Mekarsari, Mambal, Pandaan, dan Airmadidi. Tak ketinggalan dengan pabrik di Babakanpari, Lampung, Citeureup, Klaten, dan Wonosobo turut mendapatkan penghargaan yang sama. Penghargaan Proper Hijau itu diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup karena dinilai taat peraturan lingkungan hidup juga tanggung jawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan penduduk di sekitar lokasi. Desa Pancawati menjadi salah satu lokasi dampingan Aqua, yang berada di sisi Gunung Pangrango. Ke sanalah, kami, 25 Kompasianer mendapatkan kesempatan untuk berkunjung. Di sini, AQUA menjalankan program pendampingan masyarakat bersama LSM lokal, Gamalina. Memang, medan menuju lokasi tidaklah semulus jalanan selayaknya dari Jakarta ke Bogor atau Pabrik Aqua Ciherang. Menuju Pancawati harus melewati jalanan yang terbilang sempit, dan cenderung terjal. Tapi di sinilah kami bisa menyaksikan wajah-wajah semringah para petani yang menyambut kedatangan kami. Diapit oleh pepohonan hutan dan kehijauan seluas mata memandang, 25 Kompasianer berinteraksi dengan para penduduk yang menjadi dampingan pihak Aqua bersama Gamalina. Mereka memamerkan berbagai produk hasil kerajinan mereka; pupuk organik, berbagai jenis sayur yang hidup dari pupuk olahan mereka, hingga makanan ringan.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun