Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anas Punya Peta Cikeas

9 Januari 2014   05:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_314723" align="aligncenter" width="466" caption="Membaca air, air muka (Gbr: Rimanews)"][/caption]

Berbicara Cikeas, jamak mafhum bahwa Anas Urbaningrum bukanlah orang asing. Alasan paling sederhana, ia pernah mengenakan jaket Partai Demokrat, dan ia pernah berkuasa atas partai tersebut. Sementara, partai itu sendiri sudah menjadi jalan tol bagi Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa di Indonesia sebagai presiden. Tentu saja, dalam perjalanan itu, Anas bukanlah penjaga pintu tol, melainkan sosok yang tahu betul, ke mana jalan itu menuju dan ke mana akan berujung.

Analogi yang berlebihankah itu? Boleh jadi, iya berlebihan. Tapi setidaknya jika melihat faktanya, apakah ada jalan lain yang paling memudahkan perjalanan SBY berwisata ke puncak gunung kekuasaan itu? Tidak, hanya ada jalan itu yang dibuat dan diadakan untuk tujuan perjalanan itu. Jalan-jalan lainnya, tentu banyak tapi bukan secara khusus disediakan untuknya. Karena dalam banyaknya jalan itu, harus menampung lebih banyak para pejalan hingga petualang yang ingin menggunakannya.

Maka itu, andil Anas tidak kecil. Ia berperan dalam perjalanan itu, dan awalnya tentu ia tidak bermimpi untuk berpetualang. Hanya, karena perselisihan di tengah jalan, ada insiden-insiden di jalan raya politik yang terjadi, dan Anas terlempar dari jalan itu. Kini, satu jalan untuk satu orang, dan orang itu adalah SBY. Ada beberapa orang yang tetap bersamanya di jalan itu, tetap ikut berjalan menemani meski harus berjalan dengan terbatuk-batuk. Asap kendaraan di jalan-jalan lainnya, mau tak mau menyebar juga ke jalan itu. Selain dari kendaraan yang mereka bawa juga bermesin yang tak sepenuhnya baik. Asap hitam yang mengepul dari knalpot terlalu tebal juga.

Syukurlah, penguasa jalan utama itu tadi memiliki banyak persiapan dalam perjalanan. Untuk menghindari asap kotor dari kendaraan lain di jalan-jalan lain, sudah ada yang menangani. Untuk mengatasi asap hitam dari kendaraan sendiri, juga sudah ada yang memegang tanggung jawab. Masalahnya, mereka tidak memperbaiki mesin. Kecuali hanya memperlihatkan banyak hal lain kepada pemilik kendaraan itu, yang menyilaukan. Ia memiliki kendaraan itu, ia menguasai jalan itu, tapi di belakang setir sama sekali bukan dirinya. Majikan mana yang mau berpayah-payah dan merepotkan diri dengan setir?

Di sini persoalannya. Bahwa di sisi lain, Anas pernah menjadi sopir kendaraan itu sekaligus. Tikungan-tikungan di sepanjang jalan itu bisa dipastikan sudah jauh lebih ia pahami, bahkan mungkin jika dibandingkan dengan pemilik kendaraan itu. Ia sendiri memang sudah terlempar dari kendaraan ini, tapi ia sudah tahu kualitas ban kendaraan, kualitas sopir pengganti, hingga potensi baik-buruk di perjalanan. Tidak berada dalam kendaraan itu tak berarti dirinya tak bisa menjungkirkannya keluar dari jalan itu, toh?

Maka itu, pemahaman luas, pengetahuan tidak sedikit, bahkan mungkin ia punya kunci cadangan, maka ia yang konon sudah bermandi asap hitam kendaraan itu tak bisa begitu saja ditabrak dan terlindas di jalan itu agar tak mengganggu pemandangan. Bukan karena sopir saat ini tak lihai, tapi karena dia sendiri juga tak kurang lihai. Ah, sandiwara mana yang tidak memiliki naskah, dan pemain sandiwara mana yang menutup mata atas naskah yang berada di tangannya? (FOLLOW: @ZOELFICK)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun