"Percayalah rakyat kepada Pemerintah Republik Indonesia. Kalau saudara-saudara memang percaya kepada Pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi kemerdekaan itu, walaupun dada kami dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan Negara Republik Indonesia. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin."
Tak lama setelah menyampaikan beberapa patah kata untuk meyakinkan rakyatnya, Soekarno sama sekali tidak menyampaikan hal lain yang lebih panjang.
Ia hanya berucap, "Pulanglah dengan tenang. Tinggalkan rapat ini sekarang juga dengan tertib dan teratur. Tunggulah berita dari pada pemimpin di tempatmu masing-masing. Sekarang bubarlah. Pulanglah saudara-saudara dengan tenang."
Menjadi hal yang di luar dugaan banyak pihak, perintah Soekarno dipatuhi oleh rakyat yang membludak di Ikada.
Dan, dari berbagai catatan disebutkan, pidato singkat Soekarno saat itu dinilai mampu menjadi obat atas keraguan rakyat negara yang saat itu masih sebagai bayi. Nyaris tidak ada kecaman terhadap pemimpin pertama Indonesia itu. Sekalipun, hanya untuk mendengar pidato super singkat itu, masyarakat harus menunggu hingga 10 jam.Â
Tak kalah menarik, keributan yang sempat dicemaskan oleh banyak kalangan, sama sekali tidak terjadi. Penduduk yang hadir mampu memperlihatkan "disiplin" seperti diharapkan oleh sang pemimpin.
Pada tiap 19 September, sepertinya momentum di Lapangan Ikada itu layak dijadikan cermin: apakah pemimpin hari ini mampu membuat rakyat mendengar kata-kata mereka? Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H