Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jakarta Mulai Berubah

6 November 2013   10:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:32 2090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cermin masalah di Jakarta yang terdapat di Tanah Abang sebelum era Jokowi (Gbr: MSN.COM)

Oktober 2012 merupakan bulan yang menjadi titik balik bagi Jakarta. Dua pria yang berasal dari luar Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama, dipercayakan oleh masyarakat ibu kota negara Indonesia ini menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Seperti pemburu, kedua figur tersebut berbagi peran memburu masalah yang terdapat di kota dengan luas 740,3 kilometer persegi itu. Satu per satu persoalan yang sebelumnya dinilai sulit dientaskan, justru bisa dituntaskan. Lantas bagaimana penduduk kota itu sendiri melihat kontribusi dari pemimpin yang baru setahun memimpin Jakarta?

Ridwan Saidi, budayawan sekaligus tokoh masyarakat Betawi memberikan komentar dan pandangannya dalam obrolan lepas di halaman rumahnya yang berada di Bintaro.

"Memang, mereka berdua sudah melakukan beberapa hal yang di masa pemimpin sebelumnya belum pernah dilakukan. Ada masalah yang sebelum-sebelumnya tidak berhasil diselesaikan, tapi dengan kehadiran mereka lantas bisa diselesaikan," kata Ridwan Saidi yang juga merupakan politisi dan pernah menjadi anggota DPR dari salah satu partai berbasis keislaman tersebut. "Misal saja, mereka berhasil menata Tanah Abang dengan begitu baik, sedangkan sebelumnya belum pernah bisa tertata seperti itu. Atau, contoh lain, terdapat persoalan Waduk Pluit dan Ria Rio, yang sekian lama tak terperhatikan, namun kemudian bisa mereka selesaikan," ia memberikan apresiasinya.

Dan, memang, serangkaian terobosan dilakukan oleh Jokowi yang merupakan mantan Wali Kota Solo itu. Di jalan-jalan, gubernur pengganti Fauzi Bowo telah menata kota menjadi lebih asri dibandingkan di masa lalu. Misal saja di kawasan padat perkantoran, sekaligus tempat paling sibuk di Jakarta, seputaran Sudirman disediakan bangku-bangku di pinggir jalan. Warga kota ini bisa menjadikan tempat-tempat tersebut sebagai tempat melepas lelah. Meski, belakangan setelah beberapa lama, kerap terlihat sebagian warga yang justru menjadikan bangku-bangku itu menjadi tempat tidur pengamen, gelandangan, dan tukang ojek. Meski begitu, tak kalah sigap, Jokowi pun menyiapkan skenario lain agar fasilitas tersebut bisa difungsikan sesuai fungsinya.

Ia juga mempopulerkan kegiatan blusukan, sehingga ia bisa lebih intens dengan masyarakat kelas bawah. Meski, belakangan kegiatan ini sempat menuai kritik dari beberapa pihak. "Ini satu sisi memang bagus. Tapi ini juga bisa mengesankan Jokowi melakukannya untuk publisitas. Terlebih karena dia selama ini menjadi tokoh yang berada di posisi 'media-darling'--akrab dengan media. Meski bagus, tapi ia juga harus membatasi ini dan melakukan hal-hal lain yang lebih konkret dan terasa manfaatnya lebih jauh bagi masyarakat Jakarta. Karena kalau ini juga pernah dilakukan gubernur sebelumnya. Foke (Fauzi Bowo) juga di hari-hari tertentu malah berkantor di kelurahan," Ridwan Saidi menanggapi. Budayawan Betawi ini menegaskan, baik Jokowi maupun masyarakat jangan terbuai dengan pencapaian yang sudah dilakukan. Tapi butuh terus ditingkatkan, dan meski Jokowi selama ini sudah menunjukkan prestasi namun masyarakat perlu juga mengkritiknya, "Karenanya, kita masyarakat memang butuh memantau gebrakan Jokowi dan Ahok secara apa adanya. Ketika mereka memang melakukan hal positif kita apresiasi. Tapi jika ada hal yang kurang, kita pun berhak untuk mengkritisinya," kata Ridwan Saidi mengomentari plus-minus sang gubernur.

Ridwan juga menuturkan, "Berkaca dari kota-kota di beberapa negara lain, umumnya mereka bisa menata kotanya dengan lebih baik karena mereka memiliki konsep sekaligus gambaran jelas, akan seperti apa kotanya ingin dibentuk. Bagaimana dengan Jokowi? Dia memang telah melakukan beberapa hal, tapi tidak semuanya juga berasal dari ide dia sebagai gubernur. Dia belum menggambarkannya secara cukup terperinci. Terdapat beberapa di antaranya memang sudah dilakukan dari sejak gubernur sebelumnya.

Bagaimana dengan beberapa keberhasilan yang sudah diperlihatkan oleh Jokowi?

1382465562744008868
1382465562744008868
Bincang-bincang dengan Ridwan Saidi di Bintaro (Dok: Zulfikar Akbar) "Kata kunci dari apa yang dilakukan oleh jokowi adalah penertiban. Ia melihat masalah dan ia berusaha menyelesaikannya. Namun, yang disayangkan adalah masih terdapat beberapa missed-link, bahwa banyak bawahannya yang belum mampu bergerak seirama dengan Jokowi. Hal ini jika tidak segera diselaraskan, tentu akan kurang produktif. Andai Jokowi dan kalangan pejabatnya bisa selaras, bisa mengikuti ritmenya, mungkin akan ada banyak hal lain yang lebih banyak bisa dikerjakan," ungkap Ridwan Saidi menanggapi beberapa hal yang menurutnya memang masih ada yang kurang. Ia mencontohkan, seperti masalah dalam anggaran, "Selama ini belum terlihat sebuah konsep yang cukup jelas berkait dengan anggaran tersebut. Masalah ini, jika mereka lengah bisa rentan terjadinya korupsi," Ridwan menambahkan.

Seakan menjawab apa yang menjadi kecemasan masyarakat, Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, di sisi lain--melakukan beberapa langkah cepat untuk mengantisipasi penyalahgunaan keuangan. Paling tidak, per Oktober tahun ini ia memastikan telah ditempatkan olehnya sebanyak 50 pegawai dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Tak terhenti di situ, ia pun menyebutkan akan melakukan langkah preventif dengan menerapkan sistem e-budgeting. Bahkan, tak sungkan-sungkan ia merangkul berbagai kalangan seperti Badan Pemeriksa Keuangan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, hingga Komisi Pemberantasan Korupsi. Pihak pemda DKI pun berusaha menutup peluang terjadinya korupsi dengan kebijakan berupa sistem transaksi keuangan yang diberi nama Non-Cash Transaction. Hal ini menjadi solusi, terlebih pihak KPK--berdasarkan sebuah seminar yang pernah saya ikuti langsung dengan komisi antikorupsi itu--menegaskan bahwa sektor Pengadaan Barang dan Jasa memang menjadi salah satu yang terbanyak dijadikan celah untuk mengeruk keuntungan oleh beberapa pihak.

Di luar itu, menjawab masalah kemacetan yang masih menjadi momok di Jakarta, Jokowi pun masih terus mengusahakan langkah-langkah mencarikan solusi. "Kami memang melihat, ia memiliki kepedulian terhadap masalah transportasi ini, hal itu memang layak diapresiasi," kata Ridwan Saidi menanggapi. Dan, gubernur DKI yang tenar dari sejak ia masih menjadi wali kota Solo itu, akan menambah 4.000 unit bus untuk transportasi publik--1000 di antaranya adalah bus Transjakarta--pada 2014 mendatang, yang sekaligus menjadi prioritasnya pada tahun itu. Di beberapa kesempatan, Jokowi acap mengatakan filosofi apa yang menjadi panduan dirinya bekerja, ia menyebutkan bahwa perlu adanya target dan kemudian konsisten terhadap target yang ingin dicapai itu.

Kedekatan dengan Rakyat Jakarta (Testimoni Masyarakat)

Dalam beberapa kesempatan berbincang dengan penduduk Jakarta di seputaran Grogol dan Pluit--dua kawasan yang kerap saya kunjungi--beberapa masyarakat setempat mengakui bahwa salah satu kelebihan yang ditunjukkan oleh Jokowi adalah kedekatan dirinya dengan masyarakat. Salah seorang di antaranya, Teguh Untoro--38 tahun (bekerja di Penjaringan), mengatakan bahwa kedekatan dengan rakyat itu selama ini menjadi kunci Jokowi untuk bisa lebih memahami masalah yang berada di tingkat grass-root (akar rumput). "Saya sendiri bisa merasakan sisi positif Jokowi terjun langsung ke masyarakat itu membantunya untuk lebih mengenal masalah-masalah yang takkan cukup terdeteksi jika dia hanya mengandalkan laporan dari pejabat dan bawahannya. Saya sebagai masyarakat bisa merasakan beberapa hal yang lebih baik. Ada perhatian beliau untuk adanya taman, dan beberapa lainnya. Bahkan, Waduk Pluit yang sebelumnya tak menarik, sekarang sudah menjadi tempat masyarakat berpiknik pada Minggu pagi dan sore hari," kata warga Jakarta yang mengaku sebagai pendatang tersebut.

Agus Pajri--25 tahun, yang merupakan warga Tanah Merah, menyebutkan bahwa kehadiran Jokowi dengan membaur langsung ke tengah masyarakat menjadi sebuah hiburan bagi rakyatnya. "Hidup di Jakarta itu berat, maka dengan kedatangan gubernur bersedia melihat langsung rakyatnya, itu membuat kami sebagai masyarakat merasa diperhatikan. Mudah-mudahan saja, dengan membaurnya beliau dengan masyarakat bawah benar-benar membantu beliau bisa melihat masalah lebih jelas dan bisa menyelesaikannya. Rakyat tidak berharap banyak dari pemerintah, adanya kota yang tertib, bebas macet, kesehatan, dan pendidikan rakyat bisa terjawab, itu saja sudah sangat menyenangkan kami sebagai masyarakat," ungkap warga Jakarta yang mengaku sudah pernah berdomisili di dua kawasan berbeda, Jakarta Selatan dan Jakarta Utara.

Andi (45) warga lainnya yang berdagang di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, menuturkan, "Jokowi bisa mengambil hati masyarakat. Ia salah satu pemimpin di negeri ini yang paling didukung oleh masyarakat. Dengan kehadiran beliau memimpin DKI yang begini sarat masalah, ada hal-hal yang berubah menjadi lebih baik dan bisa langsung kami rasakan sebagai penduduk kota ini. Perhatikan saja gubernur atau bupati dan wali kota tempat-tempat lain di Indonesia, tak banyak yang mampu membaur dengan masyarakat dan dicintai penduduknya dibanding dengan Jokowi dan Ahok."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun