Cermin masalah di Jakarta yang terdapat di Tanah Abang sebelum era Jokowi (Gbr: MSN.COM)
Oktober 2012 merupakan bulan yang menjadi titik balik bagi Jakarta. Dua pria yang berasal dari luar Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama, dipercayakan oleh masyarakat ibu kota negara Indonesia ini menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Seperti pemburu, kedua figur tersebut berbagi peran memburu masalah yang terdapat di kota dengan luas 740,3 kilometer persegi itu. Satu per satu persoalan yang sebelumnya dinilai sulit dientaskan, justru bisa dituntaskan. Lantas bagaimana penduduk kota itu sendiri melihat kontribusi dari pemimpin yang baru setahun memimpin Jakarta?
Ridwan Saidi, budayawan sekaligus tokoh masyarakat Betawi memberikan komentar dan pandangannya dalam obrolan lepas di halaman rumahnya yang berada di Bintaro.
"Memang, mereka berdua sudah melakukan beberapa hal yang di masa pemimpin sebelumnya belum pernah dilakukan. Ada masalah yang sebelum-sebelumnya tidak berhasil diselesaikan, tapi dengan kehadiran mereka lantas bisa diselesaikan," kata Ridwan Saidi yang juga merupakan politisi dan pernah menjadi anggota DPR dari salah satu partai berbasis keislaman tersebut. "Misal saja, mereka berhasil menata Tanah Abang dengan begitu baik, sedangkan sebelumnya belum pernah bisa tertata seperti itu. Atau, contoh lain, terdapat persoalan Waduk Pluit dan Ria Rio, yang sekian lama tak terperhatikan, namun kemudian bisa mereka selesaikan," ia memberikan apresiasinya.
Dan, memang, serangkaian terobosan dilakukan oleh Jokowi yang merupakan mantan Wali Kota Solo itu. Di jalan-jalan, gubernur pengganti Fauzi Bowo telah menata kota menjadi lebih asri dibandingkan di masa lalu. Misal saja di kawasan padat perkantoran, sekaligus tempat paling sibuk di Jakarta, seputaran Sudirman disediakan bangku-bangku di pinggir jalan. Warga kota ini bisa menjadikan tempat-tempat tersebut sebagai tempat melepas lelah. Meski, belakangan setelah beberapa lama, kerap terlihat sebagian warga yang justru menjadikan bangku-bangku itu menjadi tempat tidur pengamen, gelandangan, dan tukang ojek. Meski begitu, tak kalah sigap, Jokowi pun menyiapkan skenario lain agar fasilitas tersebut bisa difungsikan sesuai fungsinya.
Ia juga mempopulerkan kegiatan blusukan, sehingga ia bisa lebih intens dengan masyarakat kelas bawah. Meski, belakangan kegiatan ini sempat menuai kritik dari beberapa pihak. "Ini satu sisi memang bagus. Tapi ini juga bisa mengesankan Jokowi melakukannya untuk publisitas. Terlebih karena dia selama ini menjadi tokoh yang berada di posisi 'media-darling'--akrab dengan media. Meski bagus, tapi ia juga harus membatasi ini dan melakukan hal-hal lain yang lebih konkret dan terasa manfaatnya lebih jauh bagi masyarakat Jakarta. Karena kalau ini juga pernah dilakukan gubernur sebelumnya. Foke (Fauzi Bowo) juga di hari-hari tertentu malah berkantor di kelurahan," Ridwan Saidi menanggapi. Budayawan Betawi ini menegaskan, baik Jokowi maupun masyarakat jangan terbuai dengan pencapaian yang sudah dilakukan. Tapi butuh terus ditingkatkan, dan meski Jokowi selama ini sudah menunjukkan prestasi namun masyarakat perlu juga mengkritiknya, "Karenanya, kita masyarakat memang butuh memantau gebrakan Jokowi dan Ahok secara apa adanya. Ketika mereka memang melakukan hal positif kita apresiasi. Tapi jika ada hal yang kurang, kita pun berhak untuk mengkritisinya," kata Ridwan Saidi mengomentari plus-minus sang gubernur.
Ridwan juga menuturkan, "Berkaca dari kota-kota di beberapa negara lain, umumnya mereka bisa menata kotanya dengan lebih baik karena mereka memiliki konsep sekaligus gambaran jelas, akan seperti apa kotanya ingin dibentuk. Bagaimana dengan Jokowi? Dia memang telah melakukan beberapa hal, tapi tidak semuanya juga berasal dari ide dia sebagai gubernur. Dia belum menggambarkannya secara cukup terperinci. Terdapat beberapa di antaranya memang sudah dilakukan dari sejak gubernur sebelumnya.
Bagaimana dengan beberapa keberhasilan yang sudah diperlihatkan oleh Jokowi?