Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kau dan Jendela Bus Pagi Ini

15 Desember 2012   00:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:38 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bus pagi ini berjalan tenang. Awan di atas sana yang kuintip lewat jendela bus itu juga berjalan seolah baru bangun tidur. Sedangkan mataku, dari semalam justru belum sekejap jua mengatup. Ya, hanya berkedip-kedip saja, mirip lilin yang nyaris padam.Tapi, rinduku masih nyala sayang.

Aku menjaga tungku yang berisi kayu bakar yang kita kumpulkan dari hutan yang berbeda.

Tungku itu memang kadang-kadang seperti tak berapi. Kadang-kadang juga hanya berisikan asap yang memerihkan mata. Tetapi, aku tak pernah tertarik menjauh dari sana.

Dari jendela bus yang kunaiki pagi ini, aku bisa merasakan betapa dingin udara di luar sana. Andai tungku di dadaku ini padam, mungkin aku akan gemetar dengan dingin yang menusuk begini. Maka, ke mana saja kakiku terayun, sejenak pun tak kubiarkan ia memadam. Kuyakin, kau percaya itu.

Embun yang menempel di jendela itu, membawa sejuk yang beda. Sejuknya itu tak membuatku ketakutan akan membuatku beku lalu mati kaku. Justru, embun ini seperti senyummu.
Bening.
Lembut.

Bedanya, embun-embun di jendela bus ini pasti akan menguap hilang entah ke mana nanti saat matahari sudah mulai terik. Sedang senyummu, aku tak tahu bagaimana itu terjadi, masih tetap tersungging lebar bahkan ketika aku berjalan di kawah matahari itu sendiri.

Di bawah matahari itu, kau tak pernah di sisiku memang, tapi di dalamnya. (FOLLOW: @zoelfick)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun