[caption id="attachment_180925" align="aligncenter" width="620" caption="Gbr: Harian Aceh"][/caption] Nyaris tak berhenti seluler saya berdering. Teman-teman di kepolisian dan juga rekan-rekan di luar instansi tersebut memberitahu saya berbagai cerita seputar Pilkada Aceh yang dilangsungkan hari ini (9/4). Baik cerita tentang persoalan riak-riak kecil yang terjadi, dan beberapa lainnya. Intinya memang tidak jauh-jauh dari cerita sedikit miring. Jelas saja, karena cerita yang baik-baik saja akan terasa hambar untuk didengar.
Beberapa hari sebelum Pilkada, Sabtu (7/4), sempat terjadi pemukulan terhadap keuchik (sebutan Aceh untuk kepala desa). Pemukulan tersebut bukan dilakukan dari tim sukses atau pihak mana saja yang berkepentingan besar atas Pilkada tersebut, melainkan dari petugas Linmas.
Ceriteranya, di salah satu sudut satu kabupaten, petugas Linmas yang sudah dijatahkan mendapat pakaian geram. Pasalnya, saat ia hendak mengambil seragam Linmas yang ingin dikenakannya di hari H, sudah lebih dulu diambil oleh petugas Linmas lainnya. Dari sana terjadi pertengkaran. Tak ayal, Keuchik yang hendak menengahi persoalan tersebut turut terkena ayunan ketupat bangkahulu (tidak tahu, apakah di luar Aceh dikenal juga istilah ini? baca: bogem mentah).
Itu satu cerita kecil. Sedang cerita lainnya, pagi ini incumbent gubernur yang mencalonkan diri lagi menjadi gubernur, Irwandi Yusuf sempat merasa mangkel sendiri. Penyebabnya, di Tempat Pemungutan Suara ia mencoblos sendiri pun tidak ada saksi yang mewakili pasangan cagub/cawagubnya. Tak ayal, Irwandi langsung mempertanyakan Tim Suksesnya, kenapa bisa demikian? Lha, ternyata saksi yang ditunjuk untuk TPS tersebut mewakili kubunya terlambat datang.
Di tempat lain, di Lhokseumawe, napi sempat melakukan pemboikotan untuk mencoblos, hanya karena beberapa rekannya yang dikenakan hukuman lebih dari 5 tahun tidak mendapatkan hak untuk memilih.
Tak kurang di Aceh Barat, dari beberapa laporan, masih terketemukan data dalam daftar pemilih berupa nama dari masyarakat yang sebenarnya sudah meninggal dunia.
Juga tidak terkecuali dengan pertarungan yang terjadi di media jejaring sosial seperti halnya Facebook. Pada beberapa grup diskusi di sana, antara pendukung satu kubu dengan pendukung kubu lainnya saling baku hantam dengan kata-kata.
Beberapa kalangan menaruh antipati dan kesangsian jika Pilkada Aceh dimenangkan oleh Partai Aceh, sebagai partai representasi dari eks GAM. Dan antipati tersebut juga disahuti pendukung partai lokal tersebut. Tidak bisa dielak, saling berbalas pantun, dari yang cenderung kasar sampai bernada guyon pun terjadi di halaman Facebook.
Namun demikian, secara keseluruhan, meski jauh sebelum hari H sempat terjadi berbagai insiden penembakan dan pembakaran mobil dan atribut beberapa kandidat, namun pada proses pelaksanaan Pilkada yang dilangsungkan hari ini, relatif berjalan lancar. Senada seperti janji Kapolri yang menjamin bahwa Pilkada Aceh kali ini akan berlangsung dengan aman.
Kandidat dan Rekam Jejak
Adapun kandidat yang berlaga dalam tarung demokrasi hari ini di Aceh, mengutip reportase rekan jurnalis Tempo, A. Warsidi, sbb: