Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada Aceh 2012: Saat Genderang 'Perang' Demokrasi Ditabuh

9 April 2012   07:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:50 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_180925" align="aligncenter" width="620" caption="Gbr: Harian Aceh"][/caption] Nyaris tak berhenti seluler saya berdering. Teman-teman di kepolisian dan juga rekan-rekan di luar instansi tersebut memberitahu saya berbagai cerita seputar Pilkada Aceh yang dilangsungkan hari ini (9/4). Baik cerita tentang persoalan riak-riak kecil yang terjadi, dan beberapa lainnya. Intinya memang tidak jauh-jauh dari cerita sedikit miring. Jelas saja, karena cerita yang baik-baik saja akan terasa hambar untuk didengar.

Beberapa hari sebelum Pilkada, Sabtu (7/4), sempat terjadi pemukulan terhadap keuchik (sebutan Aceh untuk kepala desa). Pemukulan tersebut bukan dilakukan dari tim sukses atau pihak mana saja yang berkepentingan besar atas Pilkada tersebut, melainkan dari petugas Linmas.

Ceriteranya, di salah satu sudut satu kabupaten, petugas Linmas yang sudah dijatahkan mendapat pakaian geram. Pasalnya, saat ia hendak mengambil seragam Linmas yang ingin dikenakannya di hari H, sudah lebih dulu diambil oleh petugas Linmas lainnya. Dari sana terjadi pertengkaran. Tak ayal, Keuchik yang hendak menengahi persoalan tersebut turut terkena ayunan ketupat bangkahulu (tidak tahu, apakah di luar Aceh dikenal juga istilah ini? baca: bogem mentah).

Itu satu cerita kecil. Sedang cerita lainnya, pagi ini incumbent gubernur yang mencalonkan diri lagi menjadi gubernur, Irwandi Yusuf sempat merasa mangkel sendiri. Penyebabnya, di Tempat Pemungutan Suara ia mencoblos sendiri pun tidak ada saksi yang mewakili pasangan cagub/cawagubnya. Tak ayal, Irwandi langsung mempertanyakan Tim Suksesnya, kenapa bisa demikian? Lha, ternyata saksi yang ditunjuk untuk TPS tersebut mewakili kubunya terlambat datang.

Di tempat lain, di Lhokseumawe, napi sempat melakukan pemboikotan untuk mencoblos, hanya karena beberapa rekannya yang dikenakan hukuman lebih dari 5 tahun tidak mendapatkan hak untuk memilih.

Tak kurang di Aceh Barat, dari beberapa laporan, masih terketemukan data dalam daftar pemilih berupa nama dari masyarakat yang sebenarnya sudah meninggal dunia.

Juga tidak terkecuali dengan pertarungan yang terjadi di media jejaring sosial seperti halnya Facebook. Pada beberapa grup diskusi di sana, antara pendukung satu kubu dengan pendukung kubu lainnya saling baku hantam dengan kata-kata.

Beberapa kalangan menaruh antipati dan kesangsian jika Pilkada Aceh dimenangkan oleh Partai Aceh, sebagai partai representasi dari eks GAM. Dan antipati tersebut juga disahuti pendukung partai lokal tersebut. Tidak bisa dielak, saling berbalas pantun, dari yang cenderung kasar sampai bernada guyon pun terjadi di halaman Facebook.

Namun demikian, secara keseluruhan, meski jauh sebelum hari H sempat terjadi berbagai insiden penembakan dan pembakaran mobil dan atribut beberapa kandidat, namun pada proses pelaksanaan Pilkada yang dilangsungkan hari ini, relatif berjalan lancar. Senada seperti janji Kapolri yang menjamin bahwa Pilkada Aceh kali ini akan berlangsung dengan aman.

Kandidat dan Rekam Jejak

Adapun kandidat yang berlaga dalam tarung demokrasi hari ini di Aceh, mengutip reportase rekan jurnalis Tempo, A. Warsidi, sbb:

1. Tgk Ahmad Tajuddin – Teuku Suriansyah Ahmad Tajuddin, dikenal sebagai mubaliq sekaligus pemilik pesantren di Desa Lampisang, Kecamatan Seulimun, Aceh Besar. Lahir 15 September 1962, Tajuddin mencalonkan diri sebagai Gubernur Aceh lewat jalur independen. Ia mengandeng Teuku Suriansyah, mantan anggota MPR asal Aceh periode 1987 - 1999 asal Lhokseumawe, 1 Mei 1954. Suriansyah pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Kertas Kraft Aceh (2002 – 2007). Dia juga pernah menjadi penasihat presiden untuk urusan Aceh pada tahun 2000. Jabatannya terakhirnya adalah Anggota Badan Nasional Sertifikasi Profesi. 2. Irwandi Yusuf – Muhyan Yunan Irwandi Yusuf adalah calon incumbent. Lelaki kelahiran Bireuen, 2 Agustus 1960, menamatkan kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Bergelar dokter hewan pada tahun 1987, Irwandi menjadi dosen di fakultas yang sama pada tahun 1989. Bekas Staff Khusus Psy-war Komando Pusat GAM pada 1998-2001 ini pernah dipercaya sebagai Senior Representatif GAM di Aceh Monitoring Mission (AMM), lembaga pemantau perdamaian Aceh. Berduet dengan Muhammad Nazar, pada Desember 2006, Irwandi memenangkan Pemilihan Gubernur Aceh. Dia mengakhiri tugasnya pada 8 Februari lalu dan berniat maju kembali untuk periode 2012 – 2017. Menggandeng Muhyan Yunan, mantan Kepala Dinas Cipta Karya dan Bina Marga Aceh, Irwandi maju via jalur independen. Muhyan sendiri adalah lelaki kelahiran Meukek, Aceh Selatan pada 9 Juni 1953. Muhyan, master dari University of Strathclyde Glasgow United Kongdom Scotlandia tahun 1993 ini adalah aktivis KOSGORO Aceh. 3. Darni M Daud MA – Ahmad Fauzi Darni Daud, lelaki asal Pidie, 25 Juli 1961 silam ini adalah Rektor Universitas Syiah Kuala. Besar di Desa Bandar Dua, Pidie (sekarang Pidie Jaya), Darni yang juga doktor lulusan Oregon State University, Corvallis, USA ini menjadi Rektor Unsyiah sejak 2006 silam. Mencalonkan diri menjadi gubernur Aceh, dari jalur independen, Darni memilih mengandeng Ahmad Fauzi, saat ini beraktivitas sebagai Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry, Banda Aceh. 4. Muhammad Nazar – Nova Iriansyah Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar maju lagi. Tak bersama Irwandi, Nazar yang dijagokan Partai Demokrat, PPP dan Partai SIRA ini pecah kongsi dengan Irwandi. Lelaki kelahiran Ulim-Pidie 1 Juli 1973 itu dua kali menjadi tahanan politik semasa Aceh menuntut referendum digelar di Aceh. Nazar bebas sebagai tahanan politik pada 31 Agustus 2005, sebagai implementasi dari MoU Helsinki, untuk memberikan amnesty kepada seluruh tahanan politik yang terkait dengan GAM. Nova lahir di Banda Aceh pada 22 November 1963. Sebelum menjadi anggota dewan di senayan, dia menjadi dosen Teknik Arsitektur di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 5. Zaini Abdullah – Muzakkir Manaf Diusung Partai Aceh, Zaini Abdullah adalah eks pentolan Gerakan Aceh Merdeka. Dalam pemilihan kali ini, Zaini berduet dengan Muzakkir Manaf, mantan Panglima GAM. Lahir di Desa Teureube, Kecamatan Kota Bakti, Pidie pada 24 April 1940, Zaini adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) Medan tahun 1972.  Perjuangannya bersama GAM membuatnya meninggalkan Aceh tahun 1981 ke Swedia bersama Hasan Tiro. Menjadi buron pemerintah Indonesia, di Swedia, Zaini bekerja sebagai dokter dan mengkampanyekan perjuangan GAM di luar negari. Sejak Aceh berdamai, 15 Agustus 2005, Zaini kembali ke Aceh dan menjadi warga Indonesia sejak 2010 silam. Jelang Pilkada, dia dipilih oleh partai untuk maju menjadi Gubernur Aceh.

Muzakkir Manaf, wakilnya, adalah anak Sueneudon, Aceh Utara. Muzakkir yang juga eks panglima GAM mendapatkan pendidikan militer di Libya Maktabah Tanjura pada tahun 1986 – 1989. Tahun 2002, Muzakkir menjadi Panglima GAM menggantikan Alm Abdullah Syafie yang meninggal dalam kontak tembak. Masa damai, Muzakkir memimpin Komite Peralihan Aceh dan pada pertengahan 2007, Muzakkir ditampuk sebagai Ketua Umum Partai.

***

Saat tulisan ini dirangkum, di Aceh baru berkisar setengah jam proses pencoblosan selesai. Beberapa kandidat sudah diburu jurnalis untuk dimintakan tanggapan andai ia menang atau bahkan jika ia kalah. Kandidat yang paling diburu, incumbent Irwandi Yusuf dengan enteng berujar,"Jika saya kalah, karena saya anak seorang petani, mungkin saya kan kembali bertani. Atau, juga tidak keberatan jika harus menjadi sopir gubernur terpilih."

Terlepas pihak mana yang bakal muncul sebagai pemenang, kiranya mereka lebih peka pada apa yang menjadi harapan masyarakat, tidak sampai terjadi perselisihan yang memicu riak lebih besar. Semoga (FOLLOW: @zoelfick)

ALSO PUBLISHED IN:PROTAGONI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun