Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menyambut Kompasiana di Aceh

25 Maret 2011   23:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:26 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_98274" align="alignleft" width="347" caption="Kesempatan memuaskan libido narsis di Pade Hotel-Banda Aceh (Gbr: pribadi)"][/caption] Setahun lebih sudah saya tidak lewati jalan itu. Jalanan yang menjadi saksi keberingasan tsunami. Jalanan yang saat saya masih kuliah menjadi tempat kombatan GAM dan militer TNI bermain 'tembak-tembakan'. Kemarin sore (25/12), selesai Isya, dengan minibus L-300 CV Nagan Raya yang merupakan satu-satunya moda transportasi dari daerah saya (Nagan Raya) menuju ke pusat propinsi Aceh di Kutaraja atawa Banda Aceh. Perjalanan itu saya lakukan untuk mengikuti Blogshop Kompasiana yang diadakan bersama Telkomsel. Kegiatan yang memang sudah saya request sejak setahun lalu pada rekan Iskandar Zulkarnaen dan Pepih Nugraha. Hanya saja, ketika itu belum ada sinyal kuat awak Kompasiana itu mengangguki harapan saya. Dan, saya mencoba maklum karena memang melihat Kompasianer dari Aceh ketika itu masih sangat terbatas, bisa dihitung dengan jari. Cenderung hanya rekan-rekan yang sudah lama mengakrabi dunia menulis saja yang nimbrung di blog yang bernaung di bawah Kompas Grup ini. Beberapa jam sebelum tiba di Banda Aceh, saya menghubungi 3 rekan, Alfurqan, Mus Amiren dan Jamaluddin Husita. Kedua yang terakhir adalah Kompasianer Aceh dan juga akademisi dan praktisi. Sesampai Banda Aceh, saya sodorkan alamat ke sopir minibus. Cuma alamat Mus Amiren yang familiar dengan sopir ini. Agar tidak terlalu merepotkan sopir karena nyaris 10 jam menyetir kendaraan di jalanan yang kalau saya sopiri mungkin akan lekas terkena darah tinggi. Karena memang, sudah hampir 5 tahun tsunami, jalan Jeuram ke Banda Aceh masih seperti kain tergigit tikus. ### Teringat sebuah konsep psikologi, dikenal sebutan self fulfilling prophecy. Bahwa, sesuatu yang sering dibayangkan secara kontinyu cenderung membuka keran-keran kimia untuk mewujud sebagai kenyataan. Itu pula yang terjadi hari ini. Angan saya kegiatan Blogshop Kompasiana ini bisa dilakukan di Aceh mewujudlah sudah. "Zul, saya dengan rekan sudah sampai di Banda Aceh," suara macho Iskandar Zulkarnaen aka Isjet terdengar di handphone yang saya pakai (juga hadiah lomba menulis di Kompasiana). "So, tadi pertama jumatan di Aceh, Bang Is?" tanpa bermaksud menyelidik keshalihan bapak yang baru mendapat momongan lagi tersebut. "Tidaklah..." jawab Isjet apa adanya,"orang baru sampe, masih ngos-ngosan. Kapan sempet jumatan hehehe." "Ini maksud saya, ya melapor ke yang punya tempat," saya sedikit ngakak karena membayangkan lelaki tinggi besar itu sedang membakar kemeyan, dan saya sebagai jin penunggu pohon. Iya, karena saya memang tidak cerdas berbasa-basi, hanya memberikan beberapa cerita ringkas saja tentang upaya saya dengan beberapa rekan Kompasianer Aceh membantu gaungkan rencana Blogshop di Hotel Pade Banda Aceh itu. Awalnya, kemarin Isjet beritahukan kuota masih tersedia, hari ini malah melonjak naik lebih dari harapan, 124 orang. Saya hanya bisa bersyukur. Sedang rekan admin ini sedikit kelimpungan (prasangka saya lho), karena ada oleh-oleh Kompasiana dan Telkomsel, tapi cuma untuk 100 orang saja. Nah lho? Selamat datang ke Aceh, Teungku Iskandar Zulkarnaen dan rekan-rekan pemateri dan perwakilan Kompasiana. Aceh menyambut kalian dengan cinta. Siapa bisa menerka kelak, ketika ureueng Aceh sudah lebih familiar dengan Kompasiana dan aktifitas tulis-menulis. Bisa membawa konsekuensi positif untuk lebih dikenalnya Aceh oleh dunia luar. Dan, Aceh tidak lagi terlihat 'sangar' dan kelak pun akan kian banyak orang-orang yang membawa payung empowerment datang ke Aceh. Daerah yang dulu kala jadi rebutan pendatang dari berbagai penjuru dunia karena keseksian alamnya. *** Banda Aceh, Rumah rekan Mus Amiren 260311

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun