Kalau menyimak dari judul saja, saya kira sah kalau saya menginterpretasikan bahwa republik ini memiliki presiden yang sebenarnya adalah Gayus. Terbukti, Gayus, seperti juga disitir Christianto di tulisan itu, dari penjara bisa membuat demikian banyak macan hukum kehilangan taring dan kukunya. SBY sendiri sebagai presiden tidak punya kekuatan seperti halnya Gayus.
Nah, saya sendiri, tanpa membantah pandangan Christianto, tertarik untuk menyebut negeri ini sebagai negeri Abu Nawas. Alasan saya cuma karena "alasan". Artinya, selama siapa saja di negeri ini bisa mencari alasan, apa saja menjadi sah. Apa saja bisa menjadi benar. Sedangkan hukum, sejauh ini sepertinya belum ditakdirkan Tuhan untuk bisa berada di tangan Hakim Bao (seorang hakim di negeri Tiongkok yang melegenda).
Tak heran. Keculasan bisa ditemukan dengan mudah di mana-mana. Dari sopir taksi yang bisa mengibuli penumpang. Yang kuat mengibuli yang lemah. Yang merasa diri cerdas mengibuli yang dirasa tolol. Mata rantai itu tidak pernah putus. Sebab, sangat jarang tukang kibul bisa melahirkan seorang pendeta, ulama, Nabi dan sebagainya.
Kalaupun ada kebalikan dari itu, nyaris bisa dipastikan sebagai mukjizat. Sedang mukjizat itu setahu saya sangat khusus. Tuhan pun punya alasan 'luar biasa' untuk bisa hadirkan mukjizat itu. Agar bisa seperti Musa membelah Laut Merah. Seperti Yesus menghidupkan orang mati. Atau Muhammad SAW bisa berjalan dalam satu malam sampai ke langit.
Saya tidak bisa menebak-nebak, kapan Tuhan tertarik turunkan mukjizat di Negeri Gayus eh Abu Nawas?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI