Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Tidak Punya Perpustakaan Anak

22 Januari 2011   07:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aktifitas membaca sejauh ini masih menjadi bagian dunia dewasa saja. Tak ayal, di berbagai kota yang ada negeri ini, termasuk mudah menemukan perpustakaan untuk dewasa. Sayangnya, teramat sangat jarang bisa menemukan perpustakaan untuk anak. Benarkah?

Saya mencoba menghubungi beberapa rekan yang yang bergiat di LSM anak. Dari mereka, saya beroleh sebuah fakta. Di Indonesia, perpustakaan anak hanya ada di sekolahnya. Di tempat di luar itu, hanya ada sebagian kecil saja. Dengan angka yang tidak enak untuk dituliskan. Sedang perpustakaan sekolah. Kendati memang memungkinkan anak untuk bisa memanfaatkannya. Namun, harus diakui tidak leluasa. Kesempatan anak untuk bisa berinteraksi dengan perpustakaan hanya berkisar tidak lebih dari 1 jam setiap hari. Itu pun harus terkurangi dengan jam mereka di kantin sekolah dan bermain-main dengan teman-temannya. Meski mereka bisa membawa pulang ke rumah. Kesempatan mereka untuk bisa berinteraksi dengan buku yang dipinjamnya dari perpustakaan sekolah juga masih sangat kecil. Kegiatan luar sekolah, dari les dan sebagainya. Sampai dengan jadwal mereka istirahat dan berinteraksi dengan lingkungan rumahnya. Saya teringat pada beberapa kali melakukan kegiatan penelitian sosial di beberapa pedesaan yang ada di Aceh. Saat mendatangi sekolah-sekolah yang ada di desa tersebut. Menanyakan perpustakaan, malah yang diperlihatkan adalah kardus yang masih terikat. Artinya, buku-buku yang berada di kardus itu juga tidak memiliki tempat untuk bisa diletakkan dan bisa dengan mudah dijangkau oleh anak-anak. Jika potret serupa demikian ternyata kemudian juga ada di nyaris seluruh belahan daerah di Indonesia. Berapa puluh tahun lagi Indonesia butuh waktu untuk benar-benar memiliki generasi yang bisa membawa negaranya sekaliber Jepang, Amerika dan berbagai negara maju lainnya? Semoga tidak ada yang mengeluarkan kilah, kan kemajuan tidak melulu dipengaruhi oleh membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun