Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Lucu, Ramadhan di Gampoeng

12 Agustus 2010   02:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:07 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_223289" align="alignleft" width="300" caption="Melamun yang lucu-lucu saja (Gbr: Googleimages)"][/caption] Jika biasanya perut lapar karena puasa sering bikin orang tidak bisa tersenyum. Saya malah tertarik untuk tetap tersenyum, apalagi ruang kenangan di otak saya sedang terkenang ketika dulu masih remaja dan bersama rekan-rekan saboeh gampoeng atawa sekampung masih berada di gampoeng tercinta, Jeuram nun di Kabupaten Nagan Raya, di Aceh sana. Cerita I: Azan Siang itu, jalanan gampoeng saya, Jeuram lebih lengang dari biasa. Apalagi, saat itu Jeuram belum menjadi kabupaten, jadi aktifitas perkantoran biasanya tidak akan terlihat dari jalanan yang berselemak orang-orang berseragam pegawai. Paling-paling yang ada adalah guru-guru yang pulang dari mengajar di sekolahnya. Selebihnya, anak-anak juga sepulang sekolah memilih untuk duduk di pokok-pokok pohon jambu di kebun tetangga. Dan, dengan santun menguyah-nguyah buah jambu merah sampai kenyang bahkan sampai kemudian malah mencret karena kebanyakan makan jambu yang manis-manis asam itu. Nantinya saat pulang, berpura-pura lemas seolah-olah masih puasa. Atau, sering-sering ke mesjid untuk ikut shalat dengan orang dewasa, tetapi ketika wudhu', giliran berkumur-kumur, beberapa teguk air dengan sukses sudah berpindah ke dalam perut. Selanjutnya kembali pasang wajah seolah-olah masih puasa. Tidak berat memasang wajah demikian, cuma kerutkan kening dan jauhkan wajah dari raut ceria. Nah, satu siang itu, sekitar jam 10.30 dari corong mikropon mesjid terdengar suara azan. Banyak yang heran, untuk apa azan jam segitu karena azan Zuhur harusnya 2 jam lagi (biasanya 12.30). Sampai beberapa penduduk yang tinggal dekat dengan mesjid mendatangi sumber azan tadi. Nek Tuloe (memang itu nama panggilan beliau) terlihat terengah-engah mengumandangkan azan. Setelah dijelaskan bahwa waktu azan Zuhur masih 2 jam lagi, Nek Tuloe paham dan selanjutnya... "Hanaaaaaaaaaa jadeeehhhhhhhh" Teriak beliau juga masih lewat mikropon lengkap dengan irama seperti laiknya orang azan (Hana jadeh: Tidak jadi azan maksudnya). Cerita II: Masih tentang Azan Ini giliran ketika saya memang sudah dipercayakan untuk menjadi Muazzin. Karena sering dipuji-puji [caption id="attachment_223296" align="alignright" width="200" caption="Dijamin, waktu kecil saya lebih dekil dari ini hehe, meskipun tetap lebih kueren (Gbr: Googleimages)"][/caption] jamaah shalat bahwa saya memiliki suara saya bagus, jujur ketika itu saya merasa bangga. Tak ayal, begitu tiba waktu azan, saya pasti maju untuk azan dan malah sakit hati kalau keduluan yang lain. Suatu sore, saya terpengaruh keadaan cuaca hari itu yang sangat panas. Sampai saat berbuka makan dan minum sepuasnya. Berdiri depan mikropon. Allaaaaahu akbar...Allaahu akbar. Sampai kemudian pada lafal Hayya 'alash shalahhhhhhhhh..... Nah, pada lafal Hayya 'alash shalah yang kedua... Grokgooookkkkkkkkkkkkkkk Suara sendawa keluar begitu keras, tepat di depan microphone!!! !@#!$@##@$!%@

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun