Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Khotbah Jumat Versus Ngorok

23 Juli 2010   07:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:39 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_202471" align="alignleft" width="300" caption="Saat tepat untuk mendengkur, jika memang tidak berniat untuk ibadah (Gbr: Google Images)"][/caption] Tadi saya juga nyaris tertidur saat sedang  mendengar khatib khotbah. Karena memang kondisi tubuh sedang lesu. Tapi, kemudian malah menjadi semangat, bela-bela untuk tidak sampai tertidur. Justru membuka telinga untuk tetap jelas mendengar khotbah, sambil menyelingi dengan menikmati perpindahan not ngorok, dari not rendah ke not tinggi, begitu seterusnya secara berirama. Terkadang ngorok jamaah shalat Jumat yang memang duduk persis di dekat saya ini berirama mirip lantunan musik Jazz, terkadang berubah menjadi irama musik Country. Lalu berlanjut ke Dangdut, Hip Hop, dan dengan cepat berubah kembali ke Rock. Ah, ini saya pastikan memang diri saya sendiri yang terlalu berlebihan melukiskan orang ngorok. Padahal, sumpah orang yang ngorok tersebut sama saja dengan irama ngorok Presiden, Sekjen PBB, Duta Besar, Paspampres, para menteri...sopir angkot sampai pengamen. Dalam arti tidak merdu-merdu amat. [caption id="attachment_202480" align="alignright" width="192" caption="Ini bukan saya lho, walau dikit rada mirip (Gbr: Google Images)"][/caption] Kok jadi panjang begini ya. Tapi memang jamaah shalat Jumat yang ngorok ini turut berjasa pada saya. Lha, jasanya? Terang dong, coba kalau tidak terganggu dengan suara ia ngorok, pasti bukan tidak mungkin malah saya yang ngorok karena otomatis saya yang tertidur. Apalagi kondisi badan saya juga lesu habis, karena tadi malam pintu dekat tempat saya baringkan badan untuk tidur terbuka dengan sendirinya. Beruntunglah berkat jasa dari jamaah shalat Jumat ini, saya bisa terantisipasi untuk tidak tidur saat sedang mengikuti khotbah. Apalagi konon shalat Jumat tidak akan sah kalau sampai tertidur. Tetapi, potret shalat Jumat ini juga membawa saya pada kenangan lebih dari 10 tahun lalu, ketika masih baru memasuki masa dewasa. Sebagai pemuda desa, ketika sesekali pulang ke kampung, suka saja berkumpul dengan teman-teman sehabis tadarusan sampai subuh datang. Saya termasuk salah satu yang kuat untuk buka mata, apalagi sudah doping dengan kopi Aceh. Nah, di sini ada salah satu kawan yang sering lebih dulu tidur dari teman-teman lain. Menariknya lagi, ia suka ngorok atawa mendengkur. Entah usul dari siapa, sampai kemudian microphone sudah aktif dan.....sudah berada di tangan saya sendiri. Pelan, pelan, pelan.....microphone ini sudah berada di ujung wajah kawan yang sudah tertidur bersama lantunan dengkuran ini. Percaya atau tidak, ternyata suara  dengkuran orang tidur itu sangat menarik untuk didengar ketika dibantu dengan pengeras suara. Buktinya...tanpa kami rencanakan, semua yang ada di sana tertawa terpingkal-pingkal. ....... Nah, berkait dengan soal dengkur itu. Sebaiknya memang kemana pun kita pergi, untuk tetap menjaga soal Konvensi Pertahanan dan Keamanan Internasional pribadi orang lain untuk tingkat pribadi. Kasihan jika untuk menangani orang yang mengganggu kenyamanan orang ibadah karena soal ngorok, terus harus ada penanganan dari Badan Keamanan PBB. ----------- Bandung, 23 Juli 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun