[caption id="attachment_88077" align="alignleft" width="300" caption="Mr Will menentukan Mr Willson (Gbr: Google)"][/caption] "Ngapain nabung di Bank Syariah?""Kamu kok mau-maunya nabung di Bank Syariah sih?""Goblok bener, hari ini masih ada perbankan yang membawa-bawa nama agama."
***
Kalimat itu adalah sebagian kalimat yang pernah ditujukan pada saya. Ketika seorang teman mengetahui saya bagian dari nasabah salah satu Bank Syariah. Memang, saat mendengar kata-kata seperti ini dikeluarkan. Perasaan yang sangat terasa sekali adalah: 1. Merasa disebut sebagai orang yang tidak mampu berpikir. 2. Merasa dikatakan sebagai orang yang asal-asalan. 3. Diremehkan. 4. Dilecehkan. 5. Menghina Islam sendiri. Bentuk rasa yang terlalu berlebihan? Sah saja jika disebut seperti itu. Akan tetapi, tak pelak, menghadapi realitas seperti itu, saya kian merasakan bahwa tidak sedikit yang masih alergi dengan hal yang berbau Islam. Apakah itu kesimpulan yang keliru? Silahkan juga jika ingin mengatakan seperti itu. Tetapi, saya kira dalam hal agama itu memang harus tegas--jangan benturkan dulu dengan persoalan cinta dan tetek-bengeknya--. Sebagai Muslim, saya menghargai semua agama. Syukur, saya juga memiliki banyak sekali saudara yang berbeda agama. Syukur, mereka bisa menjadi saudara yang menyenangkan. Bisa dikatakan tidak ada persinggungan antara saya dengan mereka. Namun, selama ini saya menyayangkan mereka yang masih suka merendahkan agama lain, konon Perbankan Syariah yang notabene memang berangkat dari nilai ajaran Islam ikut menjadi sasaran. Seharusnya, perlu objektifitas dalam hal ini. Jangan hanya melihat bahwa itu dari Islam, sebagai konsep yang dipaksakan, dan mengklaim bahwa konsep tersebut benar-benar dipaksakan. Sebaiknya, setiap kesimpulan yang diambil berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Islam benar-benar ditelaah dengan tuntas (dan, sekali lagi se-objektif mungkin). PR Perbankan Syariah Dalam hal ini memang perlu dipertimbangkan kembali juga persoalan alasan dasar, alasan menggalakkan perbankan syariah di Indonesia. a. Apakah sekedar karena kalkulasi keuntungan yang paling mungkin diraup? b. Pemanfaatan nasabah Muslim yang seyogyanya memang cenderung mencintai segala sesuatu yang berbau agamanya? c. Atau, tegas-tegas sebagai will untuk tunjukkan: Islam itu mengatur banyak hal lho. Dan keinginan untuk betul-betul membawa nilai-nilai universalitas yang dimiliki Islam. Sosialisasi Untuk menjelaskan perihal ini, saya berpandangan perlu adanya sosialisasi yang betul-betul memasyarakat. 1. Langsung terjun ke berbagai daerah dan wilayah, bertemu dengan masyarakat dan menjelaskan tentang Bank Syariah yang tergolong 'lebih muda' daripada perbankan lainnya--realitasnya tidak kalah tua--. 2. Memanfaatkan berbagai media yang lebih dekat dengan masyarakat, yang betul-betul menyentuh ke akar--konkretnya mari kita lihat bersama--. 3. Lakukan berbagai kegiatan positif yang lebih berpihak pada masyarakat. Sehingga, nanti tidak timbul anggapan bahwa perbankan ini hanya punya manfaat untuk kalangan menengah ke atas saja. Kendatipun ada program yang ditujukan untuk masyarakat grassroot, tetapi sejauh ini (berdasar obrolan saya dengan narasumber dari masyarakat kecil di 5 Propinsi*), mereka tidak kenal Perbankan Syariah serta untuk apakah Perbankan Syariah? Dan ini merupakan tantangan sendiri bagi pihak perbankan yang telah melakukan penetrasi perbankan dengan membawa atribut Islam ini. Sederhananya, paling tidak untuk lebih mempertegas: Perbankan Syariah dengan Perbankan 'Syariah'. Billaahi fii sabilil haq * Aceh, Medan, Lampung, Jakarta dan Bandung Published Also in: http://www.forumbebas.com/thread-112054.htmlhttp://fickar.multiply.com/journal/item/95/Bank_Syariah_Konsep_Perbankan_yang_Dipaksakan_http://ficklaotze.wordpress.com/2010/03/07/bank-syariah-konsep-perbankan-yang-dipaksakan/http://fickartjeh.blogdetik.com/2010/03/07/bank-syariah-konsep-perbankan-yang-dipaksakan/http://refleksikita.wordpress.com/2010/03/07/bank-syariah-konsep-perbankan-yang-dipaksakan/ http://facebook.com/zoelf.achbar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H