Rekan yang samping kanan,"Sama cit tgk, cukoep leue ka ie nyeung kami jep. Jok ke syedara tanyoe jamaah inoe mantoeng teungku (Sama juga Pak. Sangat banyak air yang sudah kami minum. Kasih ke jamaah mesjid saja yang lain itu).
Tidak bermaksud untuk disebut berani. Tanpa terniat untuk unjuk keberanian. Air yang sudah terhidangkan di depan saya, saya minum saja dengan "Bismillah" (dengan nama Tuhan). Meskipun ada pergulatan batin antara kemungkinan buruk yang bisa saya dapati dari meminum itu. Dengan soal menghargai manusia, karena mereka sudah menghargai saya dan teman-teman dengan sambutannya yang ramah. Kemudian, saya mengsugesti pada diri sendiri,"jika percaya Tuhan, yakinlah, Dia akan selalu menjaga dari hal-hal yang tidak kuketahui."
Air yang dihidangkan saya nikmati tanpa terbeban. Sampai air itu tuntas, misi kami selesai. Bahkan
[caption id="attachment_58987" align="alignright" width="300" caption="Hanya dengan mengizinkan energi Tuhan di dalam satu-satunya, takkan ada energi lain yang kuasa masuk (Fickar, Gbr: Google)"][/caption]
hingga hari ini alhamdulillah, tidak ada satupun penyakit yang terlalu membahayakan yang singgah ke tubuh saya.
Saat pulang dari gampong itu. Dalam hati hanya mengeluh,"mungkin memang dulu gampong ini pernah ada warga yang menggunakan teureuboek semena-mena. Tetapi kenapa pihak kecamatan juga ikut menjatuhkan citra gampong itu dengan menggeneralisir seperti itu?" Wallaahu alam
* Ada beberapa hal lain yang saya telusuri di Aceh yang berhubungan dengan dunia supranatural. Semoga kedepan bisa saya ceritakan untuk semua sahabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H