Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rahasia Manusia Bahagia

30 Maret 2010   16:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:05 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_106626" align="alignleft" width="300" caption="Satu saja kunci bahagia: ikhlas (Gbr: Google)"][/caption] Saat itu saya sedang membantu adik saya yang perempuan, Mawar yang ketika itu masih 6 tahun untuk membaca. Beberapa kalo saya ajari tapi dia masih belum ngerti-ngerti juga, sedang saya sudah mulai jenuh. Jalan pintas saya ambil:"ka ija hai." (Terj:kamu eja saja dulu). Dalam bahasa Aceh, "ija" memiliki 2 arti. Pertama memang bisa berarti "kain". Juga, bisa diartikan dengan "eja" atawa merangkai huruf per huruf untuk bisa membaca. Ternyata adik saya ini, entah karena pengaruh rasa takut sebab saya mengajarinya tidak ikhlas, apalagi dari tadi saya terus mengajarinya dengan gaya semi militer maksudnya lengkap dengan acara bentak-membentak. Sampai, tulisan yang ada di buku harusnya "i n i  b u d i" dibaca olehnya dengan: ini ija. Sontak, semua yang sedang berada di sana tertawa sampai terbahak-bahak. Adik saya yang memang masih kecil ketika itu (sekarang sudah punya 4 anak, 2 kembar), dia hanya menatap kami dengan sorot mata heran. Terlihat bingung karena tidak mengerti kenapa ia ditertawakan. Sampai akhirnya saya teriak sambil tetap tertawa,"bangaiiiii." (Terj: bodoh). Saya tertawa waktu itu bukan semata karena kejadiannya yang lucu tetapi karena memang saingan satu-satunya dalam mendapat perhatian orang tua cuma dia. Lagipula memang dia baru satu-satunya anak perempuan yang dimiliki orangtua saya. Nah, dia nampak bodoh seperti itu malah membuat saya senang (mungkin gambar seperti ini yang menjadi dasar salah satu iklan menyebut: senang melihat orang susah, susah melihat orang senang). Sama sekali tidak merasa malu karena saya gagal membantu adik saya bisa membaca. --Sekarang mungkin saya bisa saja cari alasan:"itu kan cerita masa kanak-kanak"-- Tertawa terlalu keras membuat saya tidak bisa menguasai badan yang sedang duduk di kursi rotan, sampai kursi ini terangkat depannya, saya terjungkal ke belakang. Beruntung, satu benjolan dengan apik bertempat di kepala bagian belakang.

***

Memang ketidakikhlasan tidak hanya bisa dialami oleh anak-anak. Buktinya, lembaran koran cukup sering mengulas kehancuran oleh sebab ketidakikhlasan. Ternyata ketidak ikhlasan tidak pernah bisa memberikan pengaruh baik apapun atas apa saja yang dilakukan. Kebahagiaan, saya perhatikan lebih banyak bisa dirasakan hanya oleh orang-orang yang ikhlas. Belum pernah saya temukan orang tidak ikhlas bisa tersenyum lepas sekalipun mereka bergelimang kemewahan. Lihat saja di sekeliling anda!

****

Kebahagiaan hanya akan masuk dalam hidup anda ketika pintu untuk ia masuk tidak anda tutup. Seringkali pintu itu tertutup hanya karena terpaan angin keangkuhan yang terbiarkan begitu saja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun