Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nostalgia

23 Februari 2010   10:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:47 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_80067" align="alignleft" width="250" caption="Keindahan itu juga muncul dari tanah basah (Gbr: Google)"][/caption] Masa Kecil I Mengayunkan telapak kaki yang masih mungil. Menatap sawah dengan burung pipit yang beterbangan riang. Sesekali disoraki dengan kaleng-kaleng susu yang bergelantungan. Kaleng susu yang sengaja dipasang untuk mengusir pipit tersebut. Pikiran masa kecil hanya bisa mengeluarkan keluh sederhana,"kenapa pipit-pipit kecil itu harus di usir. Padahal keberadaannya justru membuat pesawahan itu kian betah untuk ditatapi? Pipit itu tidak akan menghabiskan padi sampai berpetak-petak sawah. Tidak akan menghancurkan pematang sawah. Masa Kecil II Mengayunkan telapak kaki kecil di pinggiran sungai, di Gampong Latong, Nagan Raya, Aceh. Lenguh kerbau terdengar merdu. Terlihat seperti menyatu dengan warna senja yang sangat indah saat dilihat dari pintu meunasah (musholla khas Aceh, terj). Sedikit cahaya yang masih tersisa mengelus permukaan air di sungai itu. Membuatku jatuh cinta. Tuhan menciptakan lukisan yang tak pernah dipaksakan. Masa Kecil III Mendengar suara bapakku saat membaca hikayat Aceh. Tentang Malem Diwa, Prang Sabi (perang Sabil, Terj) dan jangeuen (hikayat yang dinyanyikan) tentang Tuan Fathimah yang pernah membuat Bapakku bermimpi mendapatkan istri seperti yang pernah didapat oleh Ali KW. Ternyata Tuhan menulis puisi-Nya, juga dengan huruf, kata dan kalimat yang tidak dipaksakan. Namun sangat terasa, semua itu indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun