Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membakar Kata

12 Februari 2010   02:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:58 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_72773" align="alignleft" width="124" caption="cinta itu tidak tertulis dengan kata, tidak tertulis sebagai kata (Gbr: Google)"][/caption] Aku tak bisa lagi menulis kalimat tentang cinta. Sudah lama setelah tatap matanya tak lagi mengizinkanku berkata-kata. Aku diminta diam saja oleh gumpalan awan. Alasan yang dikemukakan, karena memang sudah lama kamus-kamus bahasa terbakar, dari masa mataku terbuka dan menatap mata indahnya. Ditegaskan juga oleh malam, itu memang kebijaksanaan, karena cinta tidak dituliskan Tuhan hanya sebagai kata-kata. Kuyakini itu, karena jikapun aku mencoba berkata-kata, tetap saja yang terdengar justru suaraku terbata-bata. Kata-kata hanyalah episode malapetaka yang tak semestinya terus dipuja. Cilegon,12 Feb 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun