Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hidup dengan Nurani

20 Maret 2010   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:18 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_98433" align="alignleft" width="200" caption="Mari hidup dengan nurani (Gbr: MQS Publishing)"][/caption] Beruntung, hari ini saya bisa mengikuti seminar yang begitu inspirasional: Boost Your Potentials! Pimpin Nuranimu, Maka Engkau akan Memimpin Dunia.

***

Seminar yang di adakan di Training Centre al Haj, Daarut tauhid, Gegerkalong in diikuti sekitar 50 peserta dari berbagai kalangan masyarakat. Satu keunikan, dengan investasi dari peserta yang hanya 50 ribu, peserta juga diberikan buku yang ditulis oleh pemateri seminar ini. Sekalipun seminar ini sendiri memberi begitu banyak manfaat dan inspirasi untuk menjalani hidup. Ferdhy Febryan sebagai pembicara berhasil mengaduk-aduk perasaan dan pikiran peserta--Saya sendiri, dalam acara seminar ini alhamdulillah dipercayakan sebagai Qari (membaca al Quran sebagai pembuka acara) dan sari tilawah (membacakan terjemahan dengan penghayatan)--. Betapa, setiap untai kalimat yang dilontarkan pembicara ini selalu saja mampu memberi inspirasi. Beberapa point yang sempat saya rekam dari seminar ini adalah: 1. Jangan salah menafsirkan kekayaan. Banyak dari kita yang merasa miskin hanya karena kebetulan sedang tidak memiliki uang. Belum memiliki mobil dan rumah mewah. Kita tidak pernah menoleh pada kekayaan yang sebenarnya melekat pada diri kita sendiri. Bagaimana banyak orang harus keluarkan uang ratusan juta untuk bisa mengobati penyakit yang ada di tubuhnya. Orang harus merogoh kantong agar bisa melihat dengan baik, memiliki perut yang bagus, dan berbagai bagian tubuh yang bisa dipergunakan seperti normalnya. Namun kita yang sehat, yang memiliki fisik utuh saja tidak merasakan itu sebagai sebuah kekayaan. 2. Jangan andalkan logika. Kita memang cenderung menjadikan logika sebagai landasan saat ingin untuk mengambil keputusan sekecil apapun. Logika cenderung lebih pada menghitung, mengira-ngira dan melihat setiap sesuatu dari untung dan ruginya saja. Misal, saat ingin menolong seorang teman, maka yang muncul di pikiran adalah, jika saya menolong dia kira-kira apa yang menjadi keuntungan untuk saya ya? Atau, kalau ingin menikah, pasangan hidup saya ini mampu tidak menghidupi saya ya? Padahal banyak kenyataan begitu telanjang terlihat di sekitar kita. Mereka yang menolong orang lain dengan pertimbangan logika untung rugi, saat pertolongannya tidak dibalas oleh orang yang ditolongnya, ia merasa menyesal, merasa rugi, merasa sakit hati. Kemudian, terkait menikah dengan pertimbangan mampu tidak, untung tidak, dan kemudian mendapati suami/ istri yang kaya dengan materi tetapi justru kemudian malah sering bikin sakit hati, suka khianati janji bahkan berselingkuh. Sakit hati dari pengkhianatan pasangan hidup kemudian menjadikan pikiran dan jiwa tidak tenang, konsekuensi lebih lanjut: rumah sakit jiwa menjadi pilihan. 3. Selalu melihat anugerah Tuhan setiap hari. Point ini yang paling mirip dengan yang sering saya pikirkan sendiri. Memiliki korelasi dengan konsep syukur yang diajarkan dalam pelajaran-pelajaran sufistik. Pilihan cerdas untuk membuat hidup tetap menyala, karena sebenarnya apapun yang terjadi dalam hidup, kita berada dalam cinta terindah yang diberikan Tuhan dengan cara-Nya

***

Ada beberapa point lagi, bisa saya katakan memang banyak. Namun, untuk saya tuangkan di sini tentu terlalu panjang. Bayangkan saja, seminar yang berlangsung tersebut, berjalan sampai setengah hari. Lagi, alhamdulillah, seminar ini memberi saya inspirasi untuk tidak pernah ragu dalam hidup selama tetap menyediakan waktu selalu untuk mendengarkan nurani, dan hidup dengan nurani. * Info tambahan, seminar ini merupakan penjabaran dari isi buku Boost Your Potentials: Dengarkan Suara Hatimu, Lima Menit Saja. Oleh: Ferdhy Febryan. Setahu saya sudah ada di toko-toko buku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun