Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Blogging: Mazhab Baru untuk Penulis

18 Maret 2010   14:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:20 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Entah saya akan disetujui atau justru dibantah, tapi tetap saya ingin katakan Penulis Blog jauh lebih tulus menulis daripada Penulis non-Blog.

***

[caption id="attachment_97086" align="alignleft" width="200" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock.com)"][/caption]

Saya bersyukur bisa menemukan Kompasiana sebagai tempat menulis. Berawal dari melihat-lihat tulisan seorang rekan yang sudah lebih dulu bergiat dalam kepenulisan, juga bergabung di Kompasiana, Taufik al Mubarak, persis setahun lalu. Dari sana, saya mengambil keputusan untuk bergabung di Kompasiana.

Apa yang melandasi saya untuk juga nimbrung di social blog ini? Pikiran yang terlintas sederhana saja sebenarnya. Saya merasa hanya sebagai seorang lelaki dewasa yang secara materi memang jauh sekali dari Bill Gates, belum menyamai Aburizal Bakri, bahkan mungkin saya jauh lebih miskin dari anda yang membaca tulisan saya ini. Beberapa kali bahkan sempat menjadi 'pengangguran'--saya pakai tanda kutip karena saya tidak setuju dengan istilah pengangguran* --. Nah, yang terpikir hanya, dalam keterbatasan saya seperti itu, apa yang bisa saya beri? Dan melihat bahwa saya suka membaca dari sejak masih kecil, dan merasa dari semua yang pernah saya baca belum tentu juga dibaca orang lain**, maka saya merasa yakin bisa mengolah semua yang pernah saya baca dengan bahasa dan diramu dengan pikiran sendiri.

Sebelumnya pertama sekali mengenal blog lewat Dino F Umahuk, seorang penyair yang juga sama-sama berpuisi ria di fordisastra.com, selain dia juga senior di Koran Mingguan ACEHKITA (Koran pertama yang membuka ruang untuk saya berkecimpung).

Saya waktu itu bergabung di multiply.com dengan alamat fickarl.multiply.com. Entah bagaimana ceritanya, blog pertama saya itu dihapus oleh orang yang tidak bisa saya deteksi, dan saya tidak tahu atas tendensi apa blog tersebut dihapus. Sampai kemudian saya bikin blog di situs yang sama tapi dengan alamat yang sedikit sama, fickar.multiply.com.

Aktif terus menulis nyaris saban hari, nyaris tak pernah absen --kecuali setelah bergabung di

[caption id="attachment_97008" align="alignright" width="231" caption="Tetap semangat menulis, berharap bisa memberi inspirasi (Gbr: Google)"][/caption]

Kompasiana--. Hingga terinspirasi Taufik, saya gabung di Kompasiana. Menulis dan terus menulis (Media lain saya menulis, acehinstitute.org, Koran Harian Aceh dan Majalah Tuhoe).

Di sini saya merasakan, apakah penulis blog juga layak disebut penulis? Ah, pentingkah penyebutan penulis atau bukan, toh saya juga menulis meski tidak diakui sebagai penulis. Yang penting menulis dan berbagi terus lewat tulisan. Semakin semangat saya menulis saat menemukan pengakuan baik langsung maupun lewat inbox, betapa tidak sedikit yang merasa terinspirasi dengan tulisan-tulisan saya. Ini satu hal yang sangat saya syukuri, walaupun saya hanya penulis blog, menulis di blog dan sering dipandang hanya layak disebut sebagai Blogger.

Nah, blogging saya pandang sebagai sebuah mazhab baru dalam dunia kepenulisan. Mereka yang menjadi blogger, saya yakini jauh lebih tulus menulis. Karena umumnya menulis sebagai hobby dan merasa bahagia bisa berbagi, tanpa berharap upah dari manapun. Bahkan kerap merogoh kocek sendiri sekedar untuk bisa menulis di bloh (seperti yang kerap saya lakukan sendiri). Apalagi, ada ahli hikmah yang menyebutkan,: sesuatu yang keluar dari hati (tanda berharap imbalan apapun), biasanya akan jahu lebih mampu menembus hati. Maka dari ini, untuk kita yang mungkin selama ini hanya menulis di blog, mari untuk tetap semangat. Mari untuk tetap optimis bahwa soal harga penulis blog dan penulis lainnya tidak ditentukan oleh gengsi, oleh reputasi, tapi oleh seberapa tulus kita memberi. Semoga menginspirasi.

Saleuem

Gegerkalong, 18 Maret 2010

*Karena meskipun tidak terikat kontrak kerja dengan institusi manapun, sebenarnya kita bisa tetap bekerja dengan terus melakukan pekerjaan apapun yang kita bisa. Saya sendiri sejak kecil malah pernah menjadi penjual ikan, sampai menjadi kuli bangunan dan bahkan tukang batu yang mengangkat batu-batu hampir sebesar badan saya sendiri di sungai di kampung. So, stop pengangguran.

**sejak usia 8 tahun suka membaca buku-buku sufistik dan filsafat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun