Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Korupsi dan Diare

5 Maret 2010   16:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:36 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_87086" align="alignleft" width="298" caption="Bersikeras bertahan dalam prinsip yang benar terkadang dijauhi, tetapi itu adalah sumbangan besar untuk sejarah kebenaran dan kejujuran (Gbr: Google)"][/caption] Seorang teman bekerja di sebuah departemen pemerintah. Umumnya, di departemen tersebut adalah orang-orang yang paham agama. Tahu mengaji dan banyak tahu tentang hukum-hukum agama. Di antara teman-teman sekantornya, temanku ini memiliki banyak keunikan. Ia tidak banyak bicara, tegas bahkan cenderung keras. Termasuk dalam hal prinsip. Aku mengenalnya sejak Kelas VI di Ibtidaiyah (setingkat SD). Banyak yang menyeganinya. Tetapi tidak sedikit yang memperoloknya sebagai sosok "wali". Diperolok hanya karena ia samasekali tidak mau menerima uang yang tidak jelas kehalalannya. Di gampongnya, ia termasuk pemuda yang sangat aktif. Dia sedikit beraliran perfeksionis. Bisa dengan mudah menjauhi siapa saja yang dipandangnya memiliki tabiat merusak. Terkadang kesalahan kecil yang dilakukan terang-terangan di depannya, bisa membuat ia mendiamkan pelaku kesalahan tersebut. Saat kuliah, aku sendiri sempat beberapa kali berselisih dengannya. Karena ada sisi kontras antara saya dengannya. Saya sedikit lebih kompromis, sedangkan dia tidak mengizinkan kata kompromi untuk setiap kesalahan. Semasih Aliyah (setingkat SMA), ia bahkan menjadi murid yang tidak hanya disegani teman-temannya, bahkan gurunya juga tidak berani berbuat banyak. Bisa jadi karena memang ia seorang murid yang bisa disebut memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Selain, dia sosok yang tidak pernah kenal rasa takut. Pintu kelas, kursi dan meja pernah dihancurkannya saat melihat seorang gurunya melakukan kesombongan di depan para murid sekolahnya. Terlihat anarkis memang. Tetapi, saat melihat dan mendengar, dia satu-satunya figur yang tidak mau terlibat uang haram yang sekecil apapun. Terbersit kagum yang begitu besar terhadapnya. Ia tidak terbawa arus. Ia bisa melihat dengan terang setiap kesalahan. Beruntung dalam hal ketegasan, ada keseiramaan antara saya dengan dia. Dia satu-satunya yang tidak mau korupsi. Sampai satu ketika, saat semua yang berada di kantornya sedang 'diskusi' tentang bagaimana proporsi jatah dari "uang lebih", ia disisihkan. "Kami terus terang tidak akan mengajakmu untuk lakukan ini. Karena kami tahu, kamu bisa diare kalau memakan uang seperti ini. Beda dengan kami, sudah kebal." Ketika itu, ia hanya tersenyum kecil bersama sebuah pelajaran besar, setidaknya untukku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun