Gambaran yang telah diperlihatkan, calon yang akan mereka dukung adalah nama di luar Joko Widodo, Prabowo, dan Aburizal Bakrie. Meski hingga hari ini, nama konkret yang mereka maksudkan sama sekali belum muncul. Saya menduga, mereka sendiri masih mencari-carinya, meski menyebut telah mengantongi nama calon ini.
Siapa nama tersebut? Meski disebutkan netral, tapi nama-nama yang memiliki kedekatan dengan mereka hanya berkisar pada Hatta Rajasa, Yusril Ihza Mahendra, Mahfud MD, atau Hidayat Nurwahid. Apakah mungkin nama dimaksud adalah salah satu dari keempat nama itu? Tidak tertutup kemungkinan.
Hanya jika salah satu satu figur itu yang diusung, persoalan "marketable" tidaknya figur tersebut juga masih menyisakan pertanyaan. Jangkauan pengaruh figur-figur itu dan keterkenalan mereka, masih bisa diklaim hanya berkutat di beberapa lingkaran tertentu. Di luarnya, masih disangsikan.
Tapi, jika katakanlah dari keempatnya kemudian Hatta Rajasa atau Mahfud MD menjadi pilihan, karena alasan "sisi netral" lebih menonjol dari dua sosok ini, maka seberapa kuat ia mampu menancapkan pengaruh pada "will" masyarakat memilihnya akan menjadi pertanyaan lain.
Lagipula, jika katakanlah kolaborasi seluruh partai itu bertarung dengan mengusung calon tersebut, apakah publik yang di Pemilu legislatif memilih mereka akan juga memilih figur yang mereka angkat? Meragukan saya kira. Belum lagi persoalan bahwa sosok-sosok itu masih memiliki aroma lama. Sementara kecenderungan publik saat ini, terlihat menyimpan kehausan atas kehadiran satu figur baru.
Untuk figur baru ini, hal yang paling berpengaruh lebih kurang hanya berkutat pada seberapa menonjol prestasinya, atau paling tidak seberapa menjual dia.
Alasannya sederhana, secara planning, strategi, upaya meraup massa, lebih menonjol dilakukan partai-partai di luar mereka. Indikatornya, apa yang terjadi di pemlihan legislatif kental memperlihatkan itu.
Telanjang terlihat, dalam menciptakan figur yang sesuai atau mendekati bayangan masyarakat, sejauh ini hanya PDIP yang berhasil melakukannya. Sementara partai lainnya, katakanlah Golkar dan Demokrat sebagai rival mereka, lebih banyak membuka ruang di media sebagai partai yang bertarung dengan hal-hal kontraproduktif dengan siapa yang bakal mereka usung di Pilpres tahun ini.
Bukan tidak mungkin, salah-salah, suara pemilih mereka di Pemilu legislatif bisa saja lari ke kandidat capres diusung PDIP, misalnya.
Tentu, hal-hal ini saya kira sudah sangat diperhitungkan oleh partai-partai yang menggagas koalisi berdasarkan "warna baju" yang sama tersebut. Hanya, pertanyaan lainnya adalah apakah mereka akan mampu menjadi kubu koalisi yang solid? Ini menjadi pertanyaan, karena jangankan berharap rakyat percaya mereka, sesama mereka sendiri belum tentu saling percaya, bukan? (FOLLOW: @ZOELFICK)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H