Tidak itu saja, protes atas keputusan FIFA terhadap jadwal pertandingan pun sempat muncul menjelang turnamen akbar itu. Hanya, FIFA bergeming, dan mereka dengan yakin memastikan, tak ada keputusan mereka yang salah. Protes-protes yang sempat digemakan oleh pelatih seperti Cesare Prandelli dari Italia, ibarat membentur tembok angkuh: bergema, namun tak didengar siapa-siapa.
Maka akhirnya, negara-negara Eropa itu melangkah ke medan tempur dengan pasukan terbatas. Mereka tak bisa lagi menolak apa-apa yang telah “disabdakan” oleh FIFA. Didahului dengan berbagai persiapan, memastikan segala sesuatu telah benar-benar siap, dan mereka bertarung.
Apa yang terjadi? Lagi-lagi, satu per satu tim-tim tersebut dirontokkan. Sesama Eropa, hanya Belanda dan Prancis yang mengawali turnamen itu dengan leluasa. Mereka bahkan memanen gol layaknya tim-tim yang tak terusik bertarung di medan yang asing dengan fisik mereka. Tapi di laga teranyar, “De Oranje” terlihat terengah-engah karena keadaan iklim itu. Bukan tak mungkin, itu menjadi awal, seluruh tim Eropa akan terjungkal dari turnamen itu.
Kembali lagi, ini bukan sekadar perang antara satu strategi dengan strategi lain di lapangan. Tapi, bagaimana strategi yang berkait dengan sesuatu yang berada di luar lapangan. Jika hal ini benar-benar terjawab, mungkin saja masih ada tim Eropa yang akan tetap melaju hingga final. Jika tidak? Sayonara! (@ZOELFICK | Also Published in: TopSkor)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H