Sebab, terutama pihak yang sudah mengklaim bahwa kecurangan hanya dilakukan oleh pihak lawan mereka di Pilpres, kekecewaan tak hanya mereka telan sendiri, melainkan mulai ada upaya menularkan kekecewaan itu sejak keputusan siapa pemenang Pilpres diputuskan oleh pihak KPU.
Kekecewaan itu adalah sesuatu yang sudah berada di ranah perasaan atau emosi. Jangan lupa juga, saat sisi perasaan atau emosi, terbiarkan tanpa diimbangi dengan berbagai hal yang lebih menguatkan akal, maka emosi itu yang akan lebih menuntun mereka untuk melakukan apa.
Dalam situasi seperti itu, emosi yang tak terbendung bisa menjadi api yang mampu membakar dan menghanguskan apa saja. Tidak ada yang berharap kemungkinan ini terjadi, sekalipun memang jejak sejarah negeri ini tak sedikit memberikan bukti, seolah negeri ini hanyalah "tanah tumpah darah".
Unjuk taji dan stamina, cukuplah di ruang sidang itu hingga nanti pihak institusi yang memegang wewenang mengeluarkan keputusannya. Sebab di sini, taji dan stamina itu hanya berupa pikiran dan bukti yang menguatkan. Andai pertarungan itu tak terhenti di ruang sidang tersebut, bukan tak mungkin di luar sana akan terjadi "sabung ayam", oleh massa yang tak mengerti, kenapa jagoannya yang ia percaya berbadan lebih besar dan bertaji lebih panjang dan runcing, patah dan kalah. - (Twitter: @zoelfick)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H