Ia memilih pekerjaan sebagai jurnalis, lantaran--saya yakini--panggilan jiwanya sebagai seorang yang memiliki kepekaan terhadap berbagai masalah sosial. Ia meyakini bahwa profesi ini akan membantunya untuk bisa melakukan banyak hal. Aji bisa membicarakan keadaan masyarakatnya di Aceh yang banyak ketimpangan di mana-mana.
Apakah perjalanan kariernya berjalan mulus? Memang tidak, karena tak jarang ia harus berpindah-pindah pekerjaan. Tapi bagi dia tak pernah ada kata berhenti, kecuali jika kelak sudah mati. Ya, tekad Aji adalah baja yang tak mudah patah.
Baru-baru ini, dalam perjalanan dirinya sebagai seorang jurnalis, ia bahkan mengalami perlakuan buruk oleh salah seorang satpam di Meuligoe--kediaman gubernur Aceh. Meski ia berprofesi sebagai jurnalis, tapi penjaga keamanan di tempat elite tersebut melihat dirinya layaknya pengemis. Ia dihardik dan diusir. Sekalipun ia sudah berusaha untuk membela dirinya, dan bahkan sudah menunjukkan surat tugas dari redaksi ATJEHPOST.co, namun tak digubris oleh penjaga keamanan tersebut.
Sontak sikap satpam Meuligoe terhadap dirinya menjadi perbincangan di Aceh. Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia Banda Aceh turut bicara dan menyorot perlakuan semena-mena terhadap Aji. Hingga anggota legislatif pun menyorot persoalan tersebut, selain, tentu saja pihak media sendiri.
Kejadian itu, dihardik dan diusir memang hal yang menyakitkan bagi dirinya. Ia merasa dilecehkan. Tapi Aji bukanlah seorang sosok yang mudah patah. Meski saya mengenalnya sebagai pria yang memiliki perasaan yang halus, tapi dari sisi mentalnya sebagai lelaki, ia takkan kalah dengan siapa saja yang memiliki tangan sempurna.
Kejadian buruk yang baru-baru ini dialami, di sisi lain juga memperlihatkan kepadanya, di balik orang-orang yang kurang menghargai keterbatasannya, masih sangat banyak yang peduli kepada dirinya dan menghargai sosoknya. Dia adalah satu dari sedikit wartawan yang memiliki cacat fisik, tapi tak memiliki cacat dari sisi mentalnya.
Meski kini, di media tempat ia bekerja, dirinya belumlah menjadi wartawan tetap lantaran baru bergabung dan masih menyandang status magang--selama tiga bulan--tapi dengan ketangguhannya, saya percaya kelak ia bisa menyuarakan lebih banyak hal tentang berbagai masalah di masyarakat sekelilingnya, menjadi bagian penyelesai masalah. Ia masih memiliki dedikasi besar untuk itu. Semoga ia tak pernah berhenti, dengan satu tangannya itu untuk bisa melakukan banyak hal untuk "tanoeh endatu" yang dari dulu sangat dicintainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H